Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES
DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN
PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA
PEKANBARU TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
FRENKI
NIM. 091000205
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES
DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN
PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA
PEKANBARU TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
FRENKI
NIM. 091000205
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2011
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES DAN TINJAUAN SANITASI
LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH
KOTA PEKANBARU TAHUN 2011
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
FRENKI
NIM. 091000205
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 23 November 2011
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji
Penguji I
Ir. Evi Naria, M.Kes
NIP. 19680320 199303 2 001
dr.Devi Nuraini Santi,M.Kes
NIP. 1970219 199802 2 001
Penguji II
Penguji III
DR.dr.Wirsal Hasan,MPH
NIP. 19491119 198701 1 001
DR.Dra.Irnawati Marsaulina,MS
NIP. 196550 199403 2 002
Medan, November 2011
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dr.Drs.Surya Utama,M.S
NIP. 19610831 198903 1 001
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei
yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit scabies disebut kutu badan.Skabies mudah
menyebar baik secara kontak langsung dengan penderita maupun secara tidak
langsung melalui pakaian, sprei, handuk, bantal ataupun kasur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri
( kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk, tempat tidur dan
sprei) dengan kejadian skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren Darel
Hikmah kota Pekanbaru tahun 2011.
Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain case control. Populasi
penelitian adalah kasus yaitu santri yang menderita scabies sebanyak 36 orang dan
control adalah santri yang tidak menderita scabies sebanyak 36 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebersihan pakaian (p=0,025), kebersihan kulit (p=0,000), kebersihan tangan dan
kuku (p=0,029), kebersihan genitalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034),
kebersihan tempat tidur dan sprei (p=0,000) dengan kejadian scabies.Keadaan fisik
lingkungan asrama santri meliputi kelembaban, ventilasi, pencahayaan,100%
memenuhi syarat dan kepadatan hunian ruang tidur 80.0% padat dan 20.0% tidak
padat.Sanitasi dasar meliputi air bersih, sarana pembuangan limbah, jamban dan
sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi pondok pesantren dapat
memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan
pelatihan kepada tenaga kesehatan di pondok pesantren Darel Hikmah kota
Pekanbaru dan bagi santri agar perlu meningkatkan kebersihan diri dan menjaga
kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit menular scabies.
Kata kunci : Skabies, Personal Hygiene, Sanitasi Lingkungan Pesantren.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a mite belongs to the
class of Arachnida. This mite is very small and can only be seen through a
microscope. Scabies is also called body lice. Scabies spreads easily either through a
direct contact with the patient (sufferer) or indirect contact through clothing, bed
linen, towels, pillows or mattresses.
The purpose of this analytical survey study with case-control design was to
analyze the relationship between personal hygiene of santri (cleanliness of clothing,
skin, hands and nails, genitalia, towels, bed and bed linen) and the incident of scabies
based on a review of environmental sanitation in the Pesantren Darel Hikmah, the
city of Pekanbaru in 2011.
The populations of this study were 36 santris suffering from scabies and the
control group comprised 36 santris who were not suffering from scabies.
The result of this study showed that there was a significant relationship
between cleanliness of clothing (p = 0.025), skin (p = 0.000), hands and nails (p =
0.029), genitalia (p = 0.000), towels (p = 0.034), bed and bed linen (p = 0.000) and
the incident of scabies. The physical environment of the dormitory for the santris
including humidity, ventilation, and lighting has met the standard requirement
(100%), the bedrooms was 80% densely occupied and 20% less densely occupied.
The sanitation including clean/drinking water, waste disposal facility, latrines and
garbage disposal facility belongs to the unhealthy category.
The management of the Pondok Pesantren is suggested to provide further
information about the incident of scabies through extension and training to the health
workers working in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru, and the
santris need to improve their self-hygiene and to maintain the cleanliness of their
environment in order to be avoided from the infectious disease of scabies.
Keywords: Scabies, Personal Hygiene, Pesantren Environmental Sanitation
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Frenki
Tempat/Tanggal Lahir
: Benai / 15 Januari 1987
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat Rumah
: Komp.Villa Taman Raya Raudha Blok E/19 Kel.
Delima Kec. Tampan kota Pekanbaru
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD Negeri 014 INHU
: Tahun 1993-1999
2. SMP Negeri 1 Benai
: Tahun 1999-2002
3. SMU Negeri 1 Benai
: Tahun 2002-2005
4. Universitas Abdurrab Jurusan Keperawatan Pekanbaru
: Tahun 2005-2008
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU
: Tahun 2009-2011
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Personal Hygiene Santri dengan
Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan
Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu
Prof. Dr . dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), Sp.A(K).
Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terimakasih juga penulis
ucapkan kepada Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus
sebagi pembimbing I (satu) penyusunan skripsi ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku
pembimbing II (dua) yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan
pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
Universitas Sumatera Utara
Terimakasih penulis ucapkan kepada Pimpinan Pesantren Darel Hikmah Kota
Pekanbaru yang telah memberi izin penelitian dan masukan untuk penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
Terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua, abang dan teman-teman
seperjuangan yang telah memberi motivasi serta dukungan doa dan kasih sayang
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu
penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan sekripsi ini
dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga
membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis
berharap semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Medan,
November 2011
PENULIS
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Abstrak ..................................................................................................
Abstract ...................................................................................................
Daftar Riwayat Hidup ...........................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................
Daftar Tabel ...........................................................................................
Daftar Gambar ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1.2 Perumusan Masalah .......................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene ............................................................
2.1.2 Kebutuhan Personal Hygiene ..................................
2.1.3 Kebersihan Diri ......................................................
2.2 Penyakit Kulit Infeksi .....................................................
2.2.1 Pengertian Skabies .................................................
2.2.2 Etiologi ..................................................................
2.2.3 Patogenesis.............................................................
2.2.4 Cara Penularan .......................................................
2.2.5 Gejala Klinis ..........................................................
2.2.6 Klasifikasi Skabies .................................................
2.2.7 Pengobatan Skabies ................................................
2.2.8 Prognosis ...............................................................
2.3 Lingkungan ......................................................................
2.4 Hygiene Dan Saniatasi Lingkungan..................................
2.5 Kondisi Fisik Rumah .......................................................
2.5.1. Ventilasi .................................................................
2.5.2. Kelembaban ...........................................................
2.5.3. Pencahayaan...........................................................
2.5.4. Kepadatan Penghuni ...............................................
2.6. Pesantren .........................................................................
i
ii
iii
iv
vi
ix
xi
1
4
5
5
5
7
8
11
11
12
12
13
14
15
16
17
19
19
20
20
24
24
25
25
26
27
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep .............................................................
2.8. Hipotesis Penelitian .........................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ................................................................
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
3.2.1. Tempat Penelitian...................................................
3.2.2. Waktu Penelitian ....................................................
3.3. Populasi dan Sampel .........................................................
3.3.1. Populasi ..................................................................
3.3.2 Sampel ....................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.4.1. Data Primer .............................................................
3.4.2. Data Sekunder .........................................................
3.5. Variabel dan Definisi Operasional.....................................
3.5.1. Variabel Independen ...............................................
3.5.2. Definisi Dependen ..................................................
3.6. Aspek Pengukuran ............................................................
3.7. Metode Analisa Data.........................................................
3.7.1 Analisa Univariat ....................................................
3.7.2 Analisa Bivariat.......................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Pesantren................................................
4.1.1. Lokasi ......................................................................
4.1.2. Sarana dan Prasarana ................................................
4.2 Analisis Univariat ...............................................................
4.3.Analisis Bivariat .................................................................
4.4.Gambaran Kondisi Fisik Asrama santri ...............................
4.5 Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren....................................
BAB V PEMBAHASAN
5.1.Gambaran Karakterisitik Responden ...................................
5.2.Hubungan Kebersihan Kulit dengan Kejadian Skabies ........
5.3.Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian
Skabies................................................................................
5.4 Hubungan Kebersihan Genitalia dengan kejadian
Skabies ...............................................................................
5.5. Hubungan Kebersihan Pakaian dengan Kejadian Skabies ...
5.6. Hubungan Kebersihan Handuk dengan Kejadian Skabies ...
5.7. Hubungan Kebersihan Tempat tidur dan sprei dengan
Kejadian Skabies ...............................................................
28
29
30
30
30
30
30
30
31
31
31
31
31
31
32
34
39
39
39
40
40
40
41
56
56
61
63
64
65
66
67
68
69
Universitas Sumatera Utara
5.8. Gambaran Sanitasi Asrama Pesantren ................................
5.8.1. Kelembaban .............................................................
5.8.2. Ventilasi ...................................................................
5.8.3. Pencahayaan.............................................................
5.8.4. Kepadatan Penghuni.................................................
5.9. Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren ...................................
5.9.1. Sarana Air Bersih .....................................................
5.9.2. Jamban .....................................................................
5.9.3. Sarana Pembuangan Air Limbah ..............................
5.9.4. Sarana Pembuangan Sampah ....................................
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan........................................................................
6.2. Saran .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kuesioner
Lembar Observasi
Master Data
Output Hasil Penelitian
Surat Balasan Peneltian dari Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru
Surat Permohonan izin Penelitian
Foto Dokumentasi Penelitian
70
70
70
71
72
73
73
75
76
77
78
79
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden pada pesantren Darel Hikmah kota
Pekanbaru ....................................................................................... 41
Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel Hikmah
kota Pekanbaru ............................................................................... 42
Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Responden pada pesantren
Darel Hikmah kota Pekanbaru ........................................................ 44
Distribusi Kebersihan Genitalia Responden pada pesantren Darel
Hikmah kota Pekanbaru .................................................................. 46
Distribusi Kebersihan Pakaian responden pada pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru ................................................................. 48
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Halaman
Tabel 4.6
Distribusi Kebersihan Handuk responden berdasarkan pada pesantren
Darel Hikmah kota Pekanbaru ........................................................ 50
Tabel 4.7
Distribusi Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei responden berdasarkan
Kasus dan Kontrol pada pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 52
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Personal Hygiene santri pada pesantren Darel
Hikmah kota Pekanbaru .................................................................. 54
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Santri pada Pesantren Darel
Hikmah kota Pekanbaru .................................................................. 56
Tabel 4.10
Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kelembaban
pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru .................................. 59
Tabel 4.11
Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Ventilasi pada
Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru .......................................... 60
Tabel 4.12
Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Pencahayaan
pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru .................................. 60
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13
Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kepadatan
Hunian Ruang Tidur pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru . 61
Tabel 4.14
Hasil Observasi Sanitasi Dasar pada Pesantren Darel Hikmah Kota
Pekanbaru tahun 2011………………………………………………..62
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sarcoptes Scabiei ...................................................................
13
Gambar 2. Ruam pada Skabies .................................................................
17
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei
yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit scabies disebut kutu badan.Skabies mudah
menyebar baik secara kontak langsung dengan penderita maupun secara tidak
langsung melalui pakaian, sprei, handuk, bantal ataupun kasur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri
( kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk, tempat tidur dan
sprei) dengan kejadian skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren Darel
Hikmah kota Pekanbaru tahun 2011.
Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain case control. Populasi
penelitian adalah kasus yaitu santri yang menderita scabies sebanyak 36 orang dan
control adalah santri yang tidak menderita scabies sebanyak 36 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebersihan pakaian (p=0,025), kebersihan kulit (p=0,000), kebersihan tangan dan
kuku (p=0,029), kebersihan genitalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034),
kebersihan tempat tidur dan sprei (p=0,000) dengan kejadian scabies.Keadaan fisik
lingkungan asrama santri meliputi kelembaban, ventilasi, pencahayaan,100%
memenuhi syarat dan kepadatan hunian ruang tidur 80.0% padat dan 20.0% tidak
padat.Sanitasi dasar meliputi air bersih, sarana pembuangan limbah, jamban dan
sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi pondok pesantren dapat
memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan
pelatihan kepada tenaga kesehatan di pondok pesantren Darel Hikmah kota
Pekanbaru dan bagi santri agar perlu meningkatkan kebersihan diri dan menjaga
kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit menular scabies.
Kata kunci : Skabies, Personal Hygiene, Sanitasi Lingkungan Pesantren.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a mite belongs to the
class of Arachnida. This mite is very small and can only be seen through a
microscope. Scabies is also called body lice. Scabies spreads easily either through a
direct contact with the patient (sufferer) or indirect contact through clothing, bed
linen, towels, pillows or mattresses.
The purpose of this analytical survey study with case-control design was to
analyze the relationship between personal hygiene of santri (cleanliness of clothing,
skin, hands and nails, genitalia, towels, bed and bed linen) and the incident of scabies
based on a review of environmental sanitation in the Pesantren Darel Hikmah, the
city of Pekanbaru in 2011.
The populations of this study were 36 santris suffering from scabies and the
control group comprised 36 santris who were not suffering from scabies.
The result of this study showed that there was a significant relationship
between cleanliness of clothing (p = 0.025), skin (p = 0.000), hands and nails (p =
0.029), genitalia (p = 0.000), towels (p = 0.034), bed and bed linen (p = 0.000) and
the incident of scabies. The physical environment of the dormitory for the santris
including humidity, ventilation, and lighting has met the standard requirement
(100%), the bedrooms was 80% densely occupied and 20% less densely occupied.
The sanitation including clean/drinking water, waste disposal facility, latrines and
garbage disposal facility belongs to the unhealthy category.
The management of the Pondok Pesantren is suggested to provide further
information about the incident of scabies through extension and training to the health
workers working in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru, and the
santris need to improve their self-hygiene and to maintain the cleanliness of their
environment in order to be avoided from the infectious disease of scabies.
Keywords: Scabies, Personal Hygiene, Pesantren Environmental Sanitation
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,bangsa
dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan
lingkungan yang sehat.Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah
satunya
dilaksanakan
melalui
pencegahan
dan
pemberantasan
penyakit
menular.Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sehingga tidak
lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2004)
Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di
dunia termasuk Indonesia. Perumusan visi Indonesia sehat 2010,melalui empat
strategi pembangunan kesehatan merupakan wujud dari perubahan paradigma yang
kita anut.Paradigma sehat adalah upaya pembangunan kesehatan berorientasi kepada
peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya
penyembuhan pada orang sakit.Kebijaksanaan pembangunan akan lebih ditekankan
pada upaya promotif dan preventif dengan meningkatkan, memelihara, melindungi
orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jatuh sakit, sedangkan
yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi sehat (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Menurut H.L.Blum (1974), dalam buku Soekidjo (2003) menjelaskan bahwa
derajat kesehatan di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu lingkungan, prilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan prilaku adalah
merupakan factor yang mempunyai pengaruh paling besar yang merugikan kesehatan
masyarakat, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan dan
ekonomi.
Keadaan perumahan atau pemukiman adalah salah satu faktor menentukan
keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan, tempat – tempat dimana hygiene dan
sanitasi lingkungan diperbaiki, mortality dan morbidity menurun dan wabah
berkurang dengan sendirinya, seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit
dalam masyarakat. Karena rumah terlalu sempit makan perpindahan (penularan) bibit
penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain akan lebih mudah terjadi
(Entjang, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Pesantren atau Pondok Pesantren adalah sekolah Islam berasrama (Islamic
boarding school) dan pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak
ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Para pelajar pesantren
disebut sebagai santri belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang
disediakan oleh pesantren. Selama tinggal berpisah dengan orang tua maka santri
akan tinggal bersama-sama dengan teman-teman dalam satu asrama, kehidupan
berkelompok yang akan dijalani dengan berbagai macam karakteristik para santri dan
dalam kehidupan berkelompok masalah yang dihadapi adalah pemeliharaan
kebersihan, yaitu kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia,
kebersihan lingkungan dan kebersihan pakaian (Badri, 2008).
Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok
pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri (Depkes, 2007).
Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi
dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk (Badri, 2008).
Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar,
tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling
bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)
Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko
mudah tertular berbagai penyakit kulit, penularan terjadi bila kebersihan pribadi dan
lingkungan tidak terjaga dengan baik. Hal inilah umumnya menjadi penyebab
timbulnya penyakit skabies. Faktor yang mempengaruhi penularan penyakit skabies
adalah , kebersihan perseorangan yang buruk, , perilaku yang tidak mendukung
kesehatan, hunian yang padat, tinggal satu kamar, ditambah kebiasaan saling bertukar
Universitas Sumatera Utara
pakaian, handuk, dan perlengkapan pribadi meningkatkan risiko penularan (Badri,
2008).
Kejadian penyakit skabies disebuah pondok pesantren di jakarta mencapai
78,70%, dikabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes,
2000). Kejadian penyakit skabies tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kejadian penyakit skabies di negara berkembang yang hanya 6-27% atau prevalensi
penyakit skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja (Notobroto, 2005).
Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah tiap tahunnya angka
kejadian penyakit scabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun (Ponpes, 2010).
Terdapat kejadian penyakit scabies 86 kasus pada tahun 2008, dan 98 kasus pada
tahun 2009, serta 115 kasus pada tahun 2010 dari 474 santri.
1.2.Perumusan Masalah
Angka kejadian penyakit scabies yang meningkat dari tahun ketahun serta
prilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perorangan dan sanitasi yang
kurang bagus yang menyebabkan angka kesakitan maka perumusan masalah yang
dapat dikembangkan adalah bagaimana hubungan personal hygiene santri terhadap
kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene
santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dan tinjauan sanitasi lingkungan
Pondok Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui Hubungan kebersihan kulit santri dengan kejadian
penyakit kulit infeksi skabies
b. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan tangan dan kuku santri dengan
kejadian penyakit kulit infeksi skabies
c. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan genitalia santri dengan kejadian
penyakit kulit infeksi skabies
d. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan pakaian santri dengan kejadian
penyakit kulit infeksi scabies
e. Untuk megetahui Hubungan kebersihan handuk santri dengan kejadian
penyakit kulit infeksi scabies
f. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei santri dengan
kejadian penyakit kulit infeksi scabies
g. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian
penyakit kulit infeksi skabies
h. Untuk mengetahui kelembaban asrama santri
i.
Untuk mengetahui ventilasi asrama santri
j.
Untuk mengetahui pencahayaan asrama santri
Universitas Sumatera Utara
k. Untuk mengetahui kepadatan hunian asrama santri
l.
Untuk mengetahui sanitasi dasar pesantren
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
a.Bagi Peneliti
Dapat memberikan suatu masukan yang berkaitan dengan penyakit kulit
infeksi seperti scabies dan meningkatkan pengetahuan terhadap pola pencegahan
penyakit kulit infeksi
b.Bagi Santri
Dapat menjadi masukan terhadap perbaikan kebiasaan hidup yang merugikan
bagi kesehatan sehingga dapat menjaga kesehatan diri khususna yang berkaitan
dengan penyakit kulit infeksi seperti scabies.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1. Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia
(Badri, 2008).
Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri,
memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri
dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003).
Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000)
Usaha – usaha itu adalah :
a.Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami
seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah,
2003)
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan,
rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi
permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran
tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari
sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh
didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan
oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( DJuanda, 2000).
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan
kulit. Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah
tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang
mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai
kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik
tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan genitalia dengan
baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai
sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006).
b.Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan
tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi
penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang
lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku
sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus
meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.2). Handuk yang
digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3).
Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain
saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong
kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).
c. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum
remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,
apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka
garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena
area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu
contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua
mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus
dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang
Universitas Sumatera Utara
ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena
infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain,
selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat
reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).
2.1.1. Kebutuhan Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dalam dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan
kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang di perhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum ( Tarwoto & Wartonah, 2003).
2.1.2. Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan
kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga
menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai
berikut :
a) Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan
menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan
serta bagian genitalia.
Universitas Sumatera Utara
b) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman,
sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.
c) Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi
sumber infeksi.
d) Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci
bersih dengan sabun/ detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di
setrika (Wolf, 2000)
2.2 Penyakit Kulit Infeksi
Penyakit kulit infeksi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh karena
parasit,contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu Skabies, Pedikulosis,
Creeping Eruption (Arif, M, dkk, 2000)
2.2.1 Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes
scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan
hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies
sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara
langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah
dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau
sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela
jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren,
penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga, sanitasi yang buruk,
Universitas Sumatera Utara
kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari
secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas
yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak
dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah
tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).
2.2.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.
Gambar 1.Sarcoptes Scabiei
Universitas Sumatera Utara
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).
2.2.3 Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau (Handoko,2001)
2.2.4 Cara Penularan.
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau
Universitas Sumatera Utara
dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan
penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan
orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan
melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu
tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak
kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam
melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan
kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita
jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada
(Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur
yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak
langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum
yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).
2.2.5 Gejala Klinis Skabies
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di
pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini
bersifat sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan
tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola
mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak
kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Mawali,2000).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Ruam Pada Skabies
2.2.6 Klasifikasi Skabies
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia
adalah sebagai berikut :(a). Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada
orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu
biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (b). Skabies pada bayi dan anak lesi
skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka. (c). Skabies yang
ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan
erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa
Universitas Sumatera Utara
gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat
kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersihbersih.(d). Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering
dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap
beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies. (e).Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau
sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada.
Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan
lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons
imun selular. (f). Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit
kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita
skabies yang lesinya terbatas. (g). Skabies krustosa ( Norwegian Scabies), lesinya
berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi
kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei
di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat
tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang
diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke
orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi
mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes
dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan
penderita imunosupresif (Emier, 2007).
2.2.7 Pengobatan Skabies
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan
Universitas Sumatera Utara
air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan
lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia
organic maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan
didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang
karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian
sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering.
Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang
skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).
2.2. 8 Prognosis.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan
memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000 ).
2.3 Lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci
peralatan makan, membersihkan kamar,
lingkungan
dimulai dari
menjaga
serta membuang sampah. Kebersihan
kebersihan
halaman
dan
selokan,
dan
membersihkan jalan di depan asrama dari sampah (Ponpes, 2008).
Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam
lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab,
dan sanitasi buruk (Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti
Universitas Sumatera Utara
menggantung pakaian di kamar, tidak dibawah terik matahari, dan saling bertukar
pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)
2.4 Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi,social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di
Indonesia terutama meliputi :
a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kwantitasnya.
b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah
c. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumahrumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk
(Entjang, 2000)
Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam
penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik
beratkan pada factor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik
beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 1986).
Sanitasi dasar lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. Oleh
karena itu untuk mencapai kemampuan hidup sehat di masyarkat, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
Universitas Sumatera Utara
a.Penyediaan air Bersih
Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
penyakit (Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi
persyaratan seperti :
a. Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
b. Syarat Bakteriologis : Air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas
dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.
c. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia
(Notoatmodjo, 2003).
Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan dan merupakan salah satu
bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang
banyak dipergunakan oleh ,masyarakat adalah air permukaan (air sungai, danau,
rawa, dan sebagainya). Apabila tidak diperhatikan, maka air dari sumber tersebut
diatas dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya penyakit
yang dapat ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan terutama untuk air
minum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. (Depkes RI, 1993).
Universitas Sumatera Utara
b.Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi
penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman ( Dirjen
P2M & PL, 1998).
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai
penyakit seperti diare, cholera, dysentri, ascariasis, dan sebagainya.kotoran manusia
merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga
merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab
penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang
terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja
atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran
pernafasan.
c.Pengelolaan Sampah
Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan
aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan caracara saniter kecuali bungan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000)
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah
harus memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup
2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian
dalam rata dan dilengkapi dengan penutup
3. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan sertiap
kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10
meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu
5. Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah dikosongkan, tidak
terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut
sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.
d.Pengelolaan Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industry
dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan
zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih
dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).
Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk SPAL
tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka.
Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vector dan bernilai negative
dari aspek estetika (Soejadi, 2003).
2.5 Kondisi Fisik Rumah
2.5.1. Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan
dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat
memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk
itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian udara
didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang dipersyaratkan
minimal 20% dari luas lantai (Soejadi,2003).
2.5.2 Kelembaban
Kelembaban
sangat
berperan
penting
dalam
pertumbuhan
kuman
penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tentang persyaratan
kesehatan
rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dpersyaratkan ruangan mempunyai
tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak
sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju,
handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikur berperan
dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan tungau
Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai
pejamu baru (Soedjadi, 2003).
2.5.3. Pencahayaan
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena
suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan
kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).
Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam
mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan rumah,
Universitas Sumatera Utara
khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri
patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah
terutama ruangan tidur.
Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
(Kepmenkes RI,1999).
2.5.4. Kepadatan Penghuni
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara
didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat
udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan
cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).
Tingkat kepadatan penghuni di ponpes cenderung padat namun dalam batas
toleransi persyaratan.Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan
rumah pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi
terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak
dari satu santri kepada santri lainnya (Soejadi, 2003).
Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari :
Kepadatan hunian runag tidur : Luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia
5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pesantren
Pesantren adalah tempat mengaji, belajar`agama islam. Suatu lembaga
pendidikan
islam
dikatakan
pesantren
apabila
terdiri
dari
unsure-unsur
Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada
mesjid/ musalla dan ada pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama
adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya
yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat, dan sebagai tempat
bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Personal Hygiene Santri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebersihan Kulit
Kebersihan Tangan
dan Kuku.
Kebersihan
Genitalia.
Kebersihan
Pakaian
Kebersihan
Handuk
Kebersihan Tempat
Tidur dan Sprei
Kejadian Penyakit
Kulit Infeksi Skabies
Sanitasi Lingkungan
Pesantren
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kelembaban
Ventilasi
Pencahayaan
Kepadatan Hunian
Ruangan Tidur
Sarana Air Bersih
Sarana
Pembuangan
Limbah
Sarana
Pembuangan
Kotoran
Sarana
Pembuangan
Sampah
Kepemenkes
RI/Non.829/Men
kes/SK/VII/1999
Universitas Sumatera Utara
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian
sebagai berikut :
1. Ada hubungan kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies
pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
2. Ada hubungan Kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian penyakit kulit
infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
3. Ada hubungan kebersihan genitalia dengan kejadian penyakit kulit infeksi
scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
4. Ada Hubungan Kebersihan Pakaian dengan kejadian penyakit kulit infeksi
pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
5. Ada hubungan Kebersihan handuk dengan kejadian penyakit kulit infeksi
scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
6. Ada hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian penyakit
kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan adalah jenis survey analitik dengan desain Case control
study yaitu untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian
penyakit kulit infeksi scabies dan tinjauan sanitasi lingkungan Pesantren Darel
Hikmah kota Pekanbaru.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada Pondok Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2011
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
a. Kasus adalah semua santri yang menderita skabies Kelas II dan III
Tsanawiyah berdasarkan diagnosis rekam medik periode januari – Mei 2011
b. Kontrol adalah semua santri yang tidak menderita skabies Kelas II dan III
tsanawiyah dan tidak satu asrama dengan penderita skabies.
3.3.2 Sampel
a. Kasus adalah santri yang menderita penyakit scabies berdasarkan rekam
medis yang didiagnosa oleh dokter periode januari – mei 2011, besar sampel
dalam penelitian ini yaitu 36 orang.
Universitas Sumatera Utara
b. Kontrol adalah santri yang berada dalam pesantren namun tidak menderita
penyakit scabies dalam penelitian ini diambil sesuai dengan jumlah kasus yaitu 36
orang, kemudian dilakukan matching (umur, kelas,dan jenis kelamin)
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer berupa personal hygiene santri dan sanitasi lingkungan pesantren
dari peninjauan langsung pada objek penelitian yaitu kelapangan melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner dan observasi.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data
poliklinik dari pesantren yang terkait dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene dan sanitasi
lingkungan pesantren yang dilihat dari kebersihan kulit,kebersihan tangan dan kuku,
kebersihan genitalia, kebersihan pakaian, handuk, tempat tidur dan sprei, penyediaan
air bersih, sarana pembuangan limbah, sarana pembuangan kotoran, pengelolaan
sampah, ventilasi, kelembaban, pencahayaan dan kepadatan hunian kamar.
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit kulit infeksi
scabies
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Definisi Operasional
1.
Personal hygiene adalah kebersihan pribadi seorang individu yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatannya.
2.
Kebersihan kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit dengan
cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit
3.
Kebersihan tangan dan kuku adalah prilaku individu dalam menjaga kebersihan
tangan dan kuku seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah
kekamar mandi, serta memotong kuku agar tetap pendek.
4.
Kebersihan genitalia adalah prilaku santri dalam mejaga kebersihan genetalia
dengan cara membersihkan dan mengganti celana dalam
5.
Kebersihan pakaian adalah prilaku santri dalam mengganti pakaian serta mencuci
pakaian
6.
Kebersihan handuk adalah prilaku santri berdasarkan frekuensi mencuci handuk
dan menjemurnya.
7.
Kebersihan tempat tidur dan sprei adalah prilaku santri berdasarkan frekuensi
menjemur kasur dan bantal, mengganti sprei dan sarung bantal.
8.
Kelembaban adalah keadaan lembab dalam ruangan yang berkisar 40%-70%
diukur dengan alat Hygrometer.
9.
Ventilasi adalah luas penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
10. Pencahayaan adalah keadaan penerangan dalam ruangan baik bersumber alami
maupun buatan yaitu cukup dan tidak silau sehingga dapat digunakan untuk
membaca dengan normal.
Universitas Sumatera Utara
11.
Kepadatan hunian ruangan tidur adalah luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan lebih dari 2 orang (Permenkes No.829/Menkes/SK/II/1999).
12.
Penyediaan air bersih merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memenuhi syarat fisik, biologi, dan kimia
13.
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk menampung kotoran
manusia dalam suatu tempat tertentu.
14.
Sampah merupakan suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan
dengan aktivitas manusia yang tidak terpakai lagi.
15.
Air limbah merupakan adalah sisa air yang dibuang berasal dari rumah tangga
dan industri.
16.
Kejadian penyakit kulit infeksi scabies adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit sarcoptes scabiei, timbul dengan gejala gatal terutama malam hari
berdasarkan rekam medis periodic januari – mei 2011 dan pernah mendapat
obat scabies.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Aspek pengukuran
1. Kebersihan Kulit
Pengukuran variabel Kebersihan kulit didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6
pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan
tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5
2. Kebersihan Tangan dan Kuku
Pengukuran variabel Kebersihan tangan dan kuku didasarkan pada skala ukur ordinal
dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua),
dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5
3. Kebersihan Genitalia
Pengukuran variabel Kebersihan genitalia didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6
pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan
tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9
Universitas Sumatera Utara
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5
4. Kebersihan Pakaian
Pengukuran variabel Kebersihan Pakaian didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6
pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan
tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5
5. Kebersihan Handuk
Pengukuran variabel Kebersihan handuk didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6
pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan
tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5
6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Pengukuran variabel Kebersihan tempat tidur dan sprei didasarkan pada skala ukur
ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2
(dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor
yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5
7. Kelembaban
Cara pengukuran dengan menggunakan alat yaitu hygrometer. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu :
1. Tidak memenuhi syarat apabila < 40% atau > 70%
2. Memenuhi syarat apabila 40% - 70%
8. Ventilasi
Adapun pengukuran ventilasi dengan menggunakan meteran. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:
1. Tidak memenuhi syarat apabila < 10% dari luas lantai
2. Memenuhi syarat apabila ≥ 10% dari luas lantai
9. Pencahayaan
Adapun pengukuran pencahayaan adalah dengan melakukan observasi di dalam
asrama. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2
kategori yaitu:
1. Cukup, sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal
2. Tidak cukup, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal
Universitas Sumatera Utara
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Cara pengukuran dengan menggunakan meteran (observasi) dan dibandingkan
dengan SK Menteri Kesehatan No.829/1999. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:
1. Padat < 4 meter persegi/penghuni
2. Tidak padat ≥ 4 meter persegi / penghuni
11. Penilaian sanitasi dasar
lingkungan pesantren dengan
mempergunakan
Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “sehat” apabila skor
≥ 334 dan
“tidak sehat” apabila skor < 334
Adapun komponen yang dinilai pada lembar observasi dihitung berdasarkan nilai x
bobot dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Sarana air bersih yaitu ada,milik sendiri, tidak berbau,tidak berwarna, tidak berasa
dengan skor 100
2. Jamban yaitu : ada,leher angsa, septic tank dengan skor 100
3. Sarana pembuangan air limbah yaitu ada, dialirkan keselokan tertutup (saluran
kota) untuk diolah lebih lanjut dengan skor 100
4. Sarana pembuangan sampah yaitu : ada, kedap air, dan bertutup dengan skor 75.
Universitas Sumatera Utara
12. Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies
Kejadian scabies adalah santri yang menderita penyakit scabies di Pondok Pesantren
Darel Hikmah selama 3 bulan terakhir yang tinggal di asrama berdasarkan rekam
medis poliklinik pesantren dan pernah mendapat obat skabies.Didasarkan pada skala
ukur ordinal dari 2 pertanyaan, alternatife jawaban ‘Ya’ diberi skor 2 (dua), dan tidak
diberi skor 0 (nol) kemudian dikategorikan sebagai berikut :
a)
Menderita
b) Tidak menderita
Universitas Sumatera Utara
3.7 Metode Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel personal hygiene dan tinjauan
sanitasi lingkungan pesantren yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi
frekuensi.
3.7.2 Analisa Bivariat
Variabel penelitian dan kejadian penyakit kulit infeksi skabies akan dianalisa
dengan menggunakan uji chi-square atau Excat fisher pada taraf kepercayaan 95%
sehingga diketahui hubungan antar variable penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
4.1.1. Lokasi
Pesantren Darel Hikmah terletak dijalan raya HR.Subrantas/ jalan Manyar
Sakti km 12 Kelurahan Simpang baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Provinsi
Riau. Lokasi Pesantren Darel Hikmah ditengah kota Pekanbaru yang relatif ramai
dan berdekatan dengan UNRI (Universitas Riau) ± 300 meter dan UIN Suska
(Universitas Islam Negeri) kurang lebih 500 meter.
Pesantren Darel Hikmah berdiri tahun 1987 dengan pendirinya adalah Bapak
H.Abdullah, Dr. H. Satria Efendi M.Zein, (Dosen Pasca Sarjana UIN Sahid
Jakarta).Luas seluruh bangunan 35. 325 m2.
4.1.2. Sarana dan Prasarana
No
1
Fasilitas
Ruang Kelas Belajar
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Ruang Komputer
Ruang Perpustakaan
Laboratorium IPA
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Waka kurikulum
Ruang Wakakesiswaan
Ruang Guru
Ruang TU
Kamar Mandi WC guru
Kamar mandi WC Siswa
Ruang Ibadah Masjid
Asrama Putra
Asrama Putri
Ruang Tamu
Gedung Serbaguna
Klinik Kesehatan
Ruang Sanggar Seni
Kantin dan Rumah makan
Ruang Pramuka,OSIS,UKS
Jumlah
26
Luas
8x8
1
1
1
1
1
1
2
1
1
15
1
2
3
1
1
1
1
2
1
8x8
5x6
8x8
3,5 x 3,5
3,5 x 3,5
3,5 x 3,5
8x8
3,5 X 3,5
5x6
1,5 x 1
20 x 30
15 x 40
15 x 40
2x3
15 x 30
8x8
4x6
8x8
8x8
Universitas Sumatera Utara
4.2 Analisis Univariat
4.2.1. Analisis Univariat Karakteristik Responden
Adapun gambaran karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden pada Pesantren Darel Hikmah
Kota Pekanbaru
No
1.
2.
3.
Distribusi
Karakteristik
Responden
Umur
12 – 13 tahun
14 -16 tahun
Total
Jenis Kelamin
Laki - laki
Perempuan
Total
Pendidikan
Kelas 2 MTs
Kelas 3 MTs
Total
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
40
32
72
55.6
44.4
100.0
56
16
72
77.8
22.2
100.0
40
32
72
55.6
44.4
100.0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden
berdasarkan umur pada siswa Madrasah Tsanawiyah Pesantren Darel Hikmah Kota
Pekanbaru tahun 2011 terbanyak pada umur 12-13 tahun yaitu 40 responden (55.6%).
Sedangkan jumlah responden menurut jenis Kelamin terbanyak laki-laki yaitu
sebanyak 56 responden (77.8%) dan menurut tingkat pendidikan terbanyak pada kelas
2 MTs yaitu sebanyak 40 orang (55.6%)
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Personal Hygiene Santri
4.2.2.1. Kebersihan Kulit
Adapun gambaran kebersihan kulit respoden pada peneltian ini dapat dilihat
pada tabel 4.2. dibawah ini.
Tabel 4.2. Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru
No
Kebersihan Kulit
Kontrol
1.
Mandi 2x sehari
Jumlah
a. Ya
b. Tidak
Total
Mandi menggunakan sabun
a. Ya
b. Tidak
Total
Menggosok badan saat mandi
a. Ya
b. Tidak
Total
Menggunakan sabun sendiri
a. Ya
b. Tidak
Total
Mandi setelah olahraga
a. Ya
b. Tidak
Total
Teman pernah memakai sabun
a. Ya
b. Tidak
Total
36
0
36
100
0
100
27
9
36
75.0
25.0
100
36
0
36
100
0
100
36
0
36
100
0
100
36
0
36
100
0
100
34
2
36
94.4
5.6
100
32
4
36
88.9
11.1
100
26
10
36
72.2
27.8
100
31
5
36
86.1
13.9
100
18
18
36
50.0
50.0
100
21
15
36
58.3
41.7
100
26
10
36
72.2
27.8
100
2.
3.
4.
5.
6.
Kasus
%
Jumlah
%
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa responden pada kelompok
kasus mandi 2 kali sehari sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada kelompok
control sebanyak 36 orang (100%). Untuk mandi menggunakan sabun pada kelompok
kasus sebanyak 36 orang (100%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36
orang (100%). Untuk menggosok badan saat mandi pada kelompok kasus sebanyak
34 orang (94.4%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%).
Untuk responden yang menggunakan sabun sendiri pada kelompok kasus sebanyak
26 orang (72.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 32 orang (88.9%).
Untuk responden yang mandi setelah olahraga pada kelompok kasus sebanyak 18
orang ( 50.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 31 orang (86.1%).Untuk
teman apakah pernah memakai sabun pada kelompok kasus sebanyak 26 orang
(72.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 21 orang (58.3%). Dilihat dari
variabel kebersihan kulit dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki
kebersihan kulit yang lebih baik dari pada kelompok kasus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2. Kebersihan Tangan dan Kuku
Adapun gambaran kebersihan tangan dan kuku responden pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Responden pada Pesantren
Darel Hikmah Kota Pekanbaru
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebersihan
Tangan
Kuku
Mencuci
tangan
setelah membersihkan
tempat tidur
a. Ya
b. Tidak
Total
Mencuci
tangan
setelah membersihkan
kamar mandi
a a. Ya
b. Tidak
Total
Memotong
Kuku
sekali seminggu
a. Ya
b. Tidak
Total
Mencuci
tangan
sesudah
BAB/BAK
pakai sabun
a. Ya
b. Tidak
Total
Mencuci
tangan
setelah
menggaruk
badan
a. Ya
b. Tidak
Total
Menyikat kuku pakai
sabun
a. Ya
b. Tidak
Total
Kontrol
Jumlah
Kasus
%
Jumlah
%
34
2
36
94.4
5.6
100
35
1
36
97.2
5.8
100
36
0
36
100
0
100
35
1
36
97.2
5.8
100
20
16
36
55.6
44.4
100
9
27
36
25.0
75.0
100
22
14
36
61.1
38.9
100
13
23
36
36.1
63.9
100
5
31
36
13.9
86.1
100
9
27
36
25.0
75.0
100
21
15
36
58.3
41.7
100
13
23
36
36.1
63.9
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada kelompok kasus yang
mencuci tangan setelah membersihkan tempat tidur sebanyak 35 orang (97.2%)
sedangkan pada kelompok control sebanyak 34 orang ( 94.4%). Untuk responden
yang mencuci tangan setelah membersihkan kamar mandi pada kelompok kasus
sebanyak 35 orang (97.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang
(100%). Untuk responden yang memotong kuku sekali seminggu pada kelompok
kasus sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 20
orang (55.6%). Untuk responden yang mencuci tangan sesudah BAB/BAK pakai
sabun pada kelompok kasus sebanyak 23 orang (63.9%) sedangkan pada kelompok
control sebanyak 14 orang (38.9%).Untuk responden yang mencuci tangan setelah
menggaruk badan pada kelompok kasus sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada
kelompok control sebanyak 31 orang (86.1%). Untuk responden yang menyikat kuku
pakai sabun pada kelompok kasus tidak sebanyak 23 orang (63.9%) sedangkan pada
kelompok control tidak sebanyak 15 orang (41.7%). Dilihat dari variabel kebersihan
tangan dan kuku dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan
tangan dan kuku yang lebih baik dari pada kelompok kasus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.3. Kebersihan Genitalia
Adapun gambaran kebersihan genitalia responden pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.4. berikut ini.
Tabel 4.4 Distribusi Kebersihan Genitalia Responden pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebersihan Genitalia
Kontrol
Mengganti
pakaian Jumlah
dalam sesudah mandi
a. Ya
b. Tidak
Total
Mencuci
pakaian
dalam
a. Ya
b. Tidak
Total
Membersihkan
alat
genital
a. Ya
b. Tidak
Total
Menjemur
pakaian
dalam dibawah terik
matahari
a. Ya
b. Tidak
Total
Membersihakn
alat
genital
sesudah
BAB/BAK
a. Ya
b. Tidak
Total
Merendam
pakain
dalam
disatukan
sesama teman
a. Ya
b. Tidak
Total
Kasus
%
Jumlah
%
30
6
36
83.3
16.7
100
19
17
36
52.8
47.2
100
35
1
36
97.2
2.8
100
32
4
36
88.9
11.1
100
36
0
36
100
0
100
32
4
36
94.4
5.6
100
16
20
36
44.4
55.6
100
11
25
36
30.6
69.4
100
35
1
36
97.2
2.8
100
32
4
36
88.9
11.1
100
1
35
36
2.8
97.2
100
3
33
36
8.3
91.7
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengganti
pakaian dalam sesudah mandi pada kelompok kasus sebanyak 19 orang (52.8%)
sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk responden
yang mencuci pakaian dalam pada kelompok kasus sebanyak 32 orang (88.9%)
sedangkan pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden
yang membersihkan alat genitalia pada kelompok kasus sebanyak 32 orang (94.4%)
sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%). Untuk responden
apakah menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari pada kelompok kasus tidak
sebanyak 25 orang (69.4%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 20
orang (55.6%). Untuk responden yang membersihkan alat genital sesudah BAB/BAK
pada kelompok kasus sebanyak 32 orang (88.9%) sedangkan pada kelompok control
sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden yang merendam pakaian dalam
disatukan sesama teman pada kelompok kasus tidak sebanyak 33 orang (91.7%)
sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 35 orang (97.2%). Dilihat dari
variabel kebersihan genetalia dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki
kebersihan genitalia yang lebih baik dari pada kelompok kasus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.4. Kebersihan Pakaian
Adapun gambaran kebersihan pakaian responden pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.5. berikut ini.
Tabel 4.5 Distribusi Kebersihan Pakaian Responden pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011
No
Kebersihan Pakaian
Kontrol
1.
Mengganti pakaian 2x
sehari
Jumlah
a. Ya
b. Tidak
Total
Bertukar
pakaian
sesama teman
a. Ya
b. Tidak
Total
Mencuci
pakaian
menggunakan detergen
a. Ya
b. Tidak
Total
Menyetrika baju
a. Ya
b. Tidak
Total
Merendam
pakaian
disatukan sesama teman
a. Ya
b. Tidak
Total
Menjemur
pakaian
dibawah terik matahari
a. Ya
b. Tidak
Total
28
8
36
77.8
22.2
100
21
15
36
58.3
41.7
100
14
22
36
38.9
61.1
100
28
8
36
77.8
22.2
100
35
1
36
97.2
2.8
100
33
3
36
91.7
8.3
100
35
1
36
97.2
2.8
100
28
8
36
77.8
22.2
100
3
33
36
8.3
91.7
100
27
9
36
75.0
25.0
100
32
4
36
88.9
11.1
100
8
28
36
22.2
77.8
100
2.
3.
4.
5.
6.
Kasus
%
Jumlah
%
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengganti
pakaian 2 kali sehari pada kelompok kasus sebanyak 21 orang (58.3%) sedangkan
pada kelompok control sebanyak 28 orang (77.8%). Untuk responden yang bertukar
pakaian sesama teman pada kelompok kasus sebanyak 28 orang (77.8%) sedangkan
pada kelompok control sebanyak 14 orang (38.9%). Untuk responden yang mencuci
pakaian menggunakan detergen pada kelompok kasus sebanyak 33 orang (91.7%)
sedangkan pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden
yang menyetrika baju pada kelompok kasus sebanyak 28 orang (77.8%) sedangkan
pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden apakah
merendam pakaian disatukan sesama teman pada kelompok kasus sebanyak 27 orang
(75.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 3 orang (8.3 %). Untuk
responden apakah menjemur pakaian dibawah terikmatahri pada kelompok kasus
tidak sebanyak 28 orang (77.8%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 4
orang (11.1%). Dilihat dari variabel kebersihan pakaian dapat diketahui bahwa
kelompok kontrol memiliki kebersihan pakaian yang lebih baik dari pada kelompok
kasus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.5. Kebersihan Handuk
Adapun gambaran kebersihan handuk responden pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Kebersihan Handuk Responden pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru
No
Kebersihan Handuk
1. Menggunakan Handuk
sendiri
2.
3.
4.
5.
6.
a. Ya
b. Tidak
Total
Menjemur
setelah mandi
a. Ya
b. Tidak
Total
Mencuci
disatukan
teman
a. Ya
b. Tidak
Total
Menggunakan
bergantian
teman
a. Ya
b. Tidak
Total
Menjemur
dibawah
matahari
a. Ya
b. Tidak
Total
Menggunakan
yang kering
a. Ya
b. Tidak
Total
Kontrol
Jumlah
Kasus
%
Jumlah
%
30
6
36
83.3
16.7
100
14
22
36
38.9
61.1
100
30
6
36
83.3
16.7
100
16
20
36
55.6
44.4
100
5
31
36
13.9
86.1
100
12
24
36
33.3
66.7
100
9
27
36
25.0
75.0
100
29
7
36
80.6
19.4
100
24
12
36
66.7
33.3
100
19
17
36
52.8
47.2
100
25
11
36
69.4
30.6
100
20
16
36
55.6
44.4
100
handuk
handuk
sesama
handuk
sesama
handuk
terik
handuk
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden yang
menggunakan handuk sendiri pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (38.9%)
sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk responden
yang menjemur handuk setelah mandi pada kelompok kasus sebanyak 16 orang
(55.6%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk
responden yang mencuci handuk disatukan sesama teman pada kelompok kasus tidak
sebanyak 24 orang (66.7%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 31
orang (86.1%). Untuk responden yang menggunakan handuk bergantian sesama
teman pada kelompok kasus sebanyak 29 orang (80.6%) sedangkan pada kelompok
control sebanyak 9 orang (25.0%). Untuk responden yang
menjemur handuk
dibawah terik matahari pada kelompok kasus sebanyak 19 orang (52.8%) sedangkan
pada kelompok control sebanyak 24 orang (66.7%). Untuk responden menggunakan
handuk yang kering pada kelompok kasus sebanyak 20 orang (55.6%) sedangkan
pada kelompok control sebanyak 25 orang (69.4%). Dilihat dari variabel kebersihan
handuk dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan handuk yang
lebih baik dari pada kelompok kasus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Adapun gambaran kebersihan tempat tidur dan sprei responden pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Kebersihan Tempat tidur dan Sprei Responden pada
Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebersihan Tempat
tidur dan sprei
Sprei
digunakan
untuk tidur bersama
sama
a. Ya
b.Tidak
Total
Tidur ditempat tidur
sendiri
a. Ya
b.Tidak
Total
Teman pernah tidur
ditempat sendiri
a. Ya
b.Tidak
Total
Menjemur
kasur
sekali seminggu
a. Ya
b.Tidak
Total
Mengganti
sprei
sekali seminggu
a. Ya
b.Tidak
Total
Mencuci
sprei
disatukan
sama
teman
a. Ya
b. Tidak
Total
Kontrol
Jumlah
Kasus
%
Jumlah
%
18
18
36
50.0
50.0
100
22
14
36
61.1
38.9
100
30
6
36
83.3
16.7
100
25
11
36
69.4
30.6
100
21
15
36
58.3
41.7
100
32
4
36
88.9
11.1
100
28
8
36
77.8
22.2
100
8
28
36
22.2
78.8
100
33
3
36
91.7
8.3
100
6
30
36
16.7
83.3
100
8
28
36
22.2
77.8
100
26
10
36
72.2
27.8
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa responden yang sprei
digunakan untuk tidur bersama-sama pada kelompok kasus sebanyak 22 orang
(61.1%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 18 orang (50.0%). Untuk
responden yang tidur ditempat tidur sendiri pada kelompok kasus sebanyak 25 orang
(69.4%)sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk
responden apakah teman pernah tidur ditempat tidur sendiri pada kelompok kasus
sebanyak 32 orang (88.9%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 21 orang
(58.3%). Untuk responden yang menjemur kasur sekali seminggu pada kelompok
kasus sebanyak 8 orang (22.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 28
orang (77.8%). Untuk responden yang mengganti sprei sekali seminggu pada
kelompok kasus sebanyak 6 orang (16.7%) sedangkan pada kelompok control
sebanyak 33 orang (91.7%). Untuk responden yang mencuci sprei disatukan sama
teman pada kelompok kasus sebanyak 26 orang (72.2%) sedangkan pada kelompok
control sebanyak 8 orang (22.2%). Dilihat dari variabel kebersihan tempat tidur dan
sprei dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan tempat tidur dan
sprei yang lebih baik dari pada kelompok kasus.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Santri pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Personal Hygiene
Kebersihan
Pakaian
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan Kulit
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan
Tangan Kuku
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan
Genitalia
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan
Handuk
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan tempat
tidur dan sprei
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kontrol
Jumlah
%
Kasus
Jumlah
Total
%
24
12
0
36
66.7
33.3
0
100.0
14
19
3
36
38.9
52.8
8.3
100.0
38
31
3
72
35
1
0
36
97.2
2.8
0
100.0
22
13
1
36
61.1
36.1
2.8
100.0
57
14
1
72
17
16
3
36
47.2
44.4
8.3
100.0
7
21
8
36
19.4
58.3
22.2
100.0
24
37
11
72
23
13
0
36
63.9
36.1
0
100.0
8
22
6
36
22.2
61.1
16.7
100.0
38
28
6
72
9
24
3
36
25.0
66.7
8.3
100
3
23
10
36
8.3
63.9
27.8
100
12
47
13
72
29
7
0
36
80.6
19.4
0
100
3
24
9
36
8.3
66.7
12.5
100
31
31
9
72
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.8. diatas diketahui bahwa kebersihan pakaian pada kelompok
kasus baik sebanyak 14 orang (38.9 %), sedangkan pada kelompok control kebersihan
pakaian baik sebanyak 24 orang (66.7%).
Untuk proporsi kebersihan Kulit pada kelompok Kasus yang baik sebanyak 22
orang (61.1%),sedangkan pada kelompok control Baik sebanyak 35 orang (97.2%).
Untuk proporsi Kebersihan tangan dan kuku pada kelompok kasus baik
sebanyak 7 orang (19.4%), sedangkan pada kelompok control baik sebanyak 17orang
(47.2%).
Untuk proporsi kebersihan genitalia pada kelompok kasus baik sebanyak 8
orang (22.2%), sedangkan pada kelompok control baik sebanyak 23 orang (63.9%)
Untuk proporsi kebersihan handuk pada kelompok kasus baik sebanyak
3orang(8.3%), sedangkan pada kelompok kontrol baik sebanyak 9 orang (25.0%)
Untuk proporsi kebersihan tempat tidur dan sprei pada kelompok kasus baik
sebanyak 3 orang (8.3%), sedangkan pada kelompok control baik sebanyak 29 orang
(80.6%)
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analasis Bivariat.
4.3.1. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit
Infeksi Skabies
Adapun hasil analisis bivariat personal hygiene santri dengan kejadian scabies
yang meliputi kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk serta
tempat tidur dan sprei disajikan pada tabel 4.9. berikut ini.
Tabel 4.9. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit
Infeksi Skabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun
2011
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Personal Hygiene
Kebersihan Pakaian
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan Kulit
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan Tangan Kuku
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan Genitalia
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan Handuk
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kebersihan tempat tidur
dan sprei
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Total
Kontrol
Jumlah
%
Kasus
Jumlah
Total
%
P Value
24
12
0
36
66.7
33.3
0
100.0
14
19
3
36
38.9
52.8
8.3
100.0
38
31
3
72
35
1
0
36
97.2
2.8
0
100.0
22
13
1
36
61.1
36.1
2.8
100.0
57
14
1
72
17
16
3
36
47.2
44.4
8.3
100.0
7
21
8
36
19.4
58.3
22.2
100.0
24
37
11
72
23
13
0
36
63.9
36.1
0
100.0
8
22
6
36
22.2
61.1
16.7
100.0
38
28
6
72
9
24
3
36
25.0
66.7
8.3
100
3
23
10
36
8.3
63.9
27.8
100
12
47
13
72
29
7
0
36
80.6
19.4
0
100
3
24
9
36
8.3
66.7
12.5
100
31
31
9
72
0.025
0.000
0.029
0.000
0.034
0.000
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.9 diatas dapat dikatahui bahwa pada kelompok kasus kebersihan
pakaian yang baik sebanyak 14 orang (66.7%) sedangkan kebersihan pakaian pada
kelompok control baik sebanyak 24 orang (66.7%).Hasil uji statistic diperoleh p <
0,05 yaitu P= 0,025 Artinya ada hubungan yang signifikan antara kebersihan pakaian
dengan kejadian scabies. Dengan kata lain kejadian skabies dipengaruhi oleh
kebersihan pakaian yang buruk.
Berdasarkan variabel kebersihan kulit diketahui bahwa pada kelompok kasus
kebersihan kulit yang baik sebanyak 22 orang (61,1%),sedangkan pada kelompok
control baik sebanyak 35 orang (97.2%). Hasil uji statistic diperoleh p< 0,05 yaitu
p=0,000 artinya ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan
kejadian scabies. Dengan kata lain kejadian sakbies dipengaruhi oleh kebersihan
kulit.
Berdasarkan variabel kebersihan tangan dan kuku diketahui bahwa pada
kelompok kasus kebersihan tangan dan kuku baik sebanyak 7 orang (19,4%),
sedangkan pada kelompok control baik sebanyak 17 orang (47.2%). Hasil uji statistic
diperoleh p<0,05 yaitu p=0,029 artinya ada hubungan yang signifikan antara
kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian scabies.Dengan kata lain bahwa
kejadian scabies dipengaruhi oleh kebersihan tangan dan kuku.
Berdasarkan variabel kebersihan genitalia diketahui bahwa pada kelompok
kasus kebersihan genitalia baik sebanyak 8 orang (22.2%), sedangkan pada kelompok
control baik sebanyak 23 orang (63.9%). Hasil uji statistic diperoleh p<0,05 yaitu
p=0,000 artinya ada hubungan antara kebersihan genitalia dengan kejadian penyakit
Universitas Sumatera Utara
kulit scabies. Dengan kata lain bahwa kejadian scabies dipengaruhi oleh kebersihan
genitalia.
Berdasarkan variabel kebersihan handuk dapat diketahui bahwa pada
kelompok kasus kebersihan handuk baik sebanyak 3 orang (8.3%), sedangkan pada
kelompok control kebersihan handuk baik sebanyak 9 orang (25,0%). Hasil uji
statistic diperoleh p<0,05 yaitu p=0,034 artinya ada hubungan yang signifikan antara
kebersihan handuk dengan kejadian penyakit scabies. Dengan kata lain bahwa
kejadian scabies dapat dipengaruhi oleh kebersihan handuk.
Berdasarkan variabel kebersihan tempat tidur dan sprei dapat diketahui bahwa
pada kelompok kasus kebersihan tempat tidur
baik sebanyak 3 orang (8.3%),
sedangkan tingkat kebersihan tempat tidur dan sprei pada kelompok control baik
sebanyak 29 orang (80.6%). Hasil uji statistic diperoleh p<0,05 yaitu p=0.000 artinya
ada hubungan yang signifikan antara kebersihan tempat tidur dan sprei dengan
kejadian scabies. Dengan kata lain bahwa kejadian scabies dapat dipengaruhi oleh
kebersihan tempat tidur dan sprei.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Gambaran Sanitasi Asrama Santri pada Pesantren Darel Hikmah Kota
Pekanbaru
4.4.1 Kelembaban Ruang tidur
Kelembaban Ruang tidur yang memenuhi syarat kesehatan menurut
Kepmenkes No.829 Tahun 1999 adalah berkisar antara 40%-70% dan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan jikan kelembaban < 40% atau > 70%.
Hasil pengukuran kelembaban di ruang tidur santri dengan menggunakan alat
hygrometer disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10. Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kelembaban
Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.
Kelembaban
Memenuhi syarat
Tidak Memenuhi syarat
Total
Jumlah
5
0
5
Persentase (%)
100
0
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ruangan tidur menurut
kelembaban pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 terbanyak
memenuhi syarat yaitu 5 kamar atau sekitar 100 % dengan kelembaban 40%-70%.
4.4.2 Ventilasi ruang tidur
Ventilasi runag tidur yang memenuhi syarat kesehatan menurut Kepmenkes
RI No.829 Tahun 1999 adalah bila luas ventilasi tersebut minimal 10 % dari luas
lantai ruang tidur dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan apabila < 10% dari luas
lantai ruang tidur.
Hasil pengukuran ventilasi di ruang tidur dengan menggunakan meteran
disajikan pada tabel 4.11. berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Distribusi Bangunan Fisik Asrama Berdasarkan Ventilasi Ruang
Tidur Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.
Ventilasi Ruang tidur
Memenuhi syarat
Tidak Memenuhi syarat
Total
Jumlah
5
0
5
Persentase (%)
100
0
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah asrama berdasarkan berdasarkan
Ventilasi ruang tidur pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 yang
memenuhi syarat yaitu 5 ruang tidur atau sekitar 100%.
4.4.3. Pencahayaan Ruang Tidur
Pencahayaan pada ruang tidur yang memenuhi syarat yaitu cukup, sehingga
dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal dan yang tidak memenuhi syarat
yaitu tidak cukup, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal.
Hasil pengamatan terhadap pencahayaan pada ruang tidur santri disajikan
dalam tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12. Distribusi Bangunan Fisik Asrama Berdasarkan Pencahayaan
Ruang Tidur Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
Tahun 2011.
Pencahayaan
Cukup
Tidak cukup
Total
Jumlah
5
0
5
Persentase (%)
100
0
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ruang tidur berdasarkan
pencahayaan pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 yaitu
sebanyak 5 ruang tidur atau sekitar 100 % pencahayaannya cukup sehingga dapat
dipergunakan untuk membaca dengan normal.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4. Kepadatan Hunian Ruang tidur
Ruangan tidur dikatakan padat jika < 4 meter persegi / penghuni sedangkan
tidak padat bila ≥ 4 meter persegi/penghuni.
Hasil pengukuran terhadap kepadatan hunian ruang tidur disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.13. Distribusi Bangunan Fisik Asrama Berdasarkan Kepadatan Hunian
Ruang Tidur Pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
Tahun 2011.
Kepadatan Hunian
Ruang Tidur
Padat
Tidak Padat
Total
Jumlah
Persentase (%)
4
1
5
80.0
20.0
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kepadatan hunian ruang tidur pada
Pesantern Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 padat yaitu 4 kamar atau sekitar
80 % dan tidak padat yaitu 1 kamar atau sekitar 20%.
4.5 Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren
Penilaian sanitasi dasar lingkungan pesantren dengan mempergunakan
Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “sehat” apabila skor≥ 334 dan
“tidak sehat” apabila skor < 334
Universitas Sumatera Utara
Hasil observasi sanitasi dasar lingkungan pesantren dapat disajikan pada tabel
4.14 berikut ini.
Tabel 4.14. Hasil Observasi Sanitasi Dasar pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011
Bobot
No Komponen yang dinilai
Nilai
1.
Sarana Air Bersih
25
Ada, milik sendiri, berbau, berwarna, dan 2
50
berasa
2.
Jamban (Sarana pembuangan kotoran
Ada, Leher angsa,septic tank
4
100
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
3.
Ada,dialirkan keselokan terbuka
2
50
4.
Sarana Pembuangan sampah
Ada, Kedap air dan tidak bertutup
2
50
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa sarana air bersih pada
pesantren darel hikmah kota pekanbaru yaitu ada, milik sendiri, berbau, berwarna dan
berasa dengan nilai skor 50.Untuk jamban pada pesantren darel hikmah kota
pekanbaru yaitu ada,leher angsa, dan memiliki septic tank dengan skor 100. Untuk
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) berdasarkan observasi yaitu ada, dan
dialirkan keselokan terbuka dengan skor 50, sedangkan untuk sarana pembuangan
sampah berdasarkan observasi yaitu ada, kedap air dan tidak bertutup dengan skor
50.Jadi total secara keseluruhan yaitu 275 ini artinya sarana sanitasi dasar pada
Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Responden
Hasil observasi dan analisis data didapat bahwa responden yang memiliki
jenis kelamin laki-laki paling banyak menderita scabies yaitu sebesar 77.8% dan
perempuan hanya sekitar 22.2%. Menurut Muin (2009) bahwa orang dengan jenis
kelamin perempuan akan lebih kecil resiko terpapar penyakit scabies karena
perempuan lebuh cenderung merawat diri dan menjaga penampilan sedangkan lakilaki cenderung tidak memperhatikan penampilan diri, hal itu tentunya akan
berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri, dan kebersihan diri yang buruk akan
sangat berpengaruh terhadap kejadian scabies. Berada pada kelompok umur yang
paling banyak menderita scabies yaitu berumur 12 sampai 13 tahun sebanyak 55.6%.
Beberapa penyakit menular tertentu menunjukkan bahwa umur muda mempunyai
resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat kerentanannya melainkan juga
pengalaman terhadap penyakit tersebut biasanya sudah dialami oleh mereka yang
berumur tinggi (Noor, 2008).
Menurut Muin (2009) bahwa pengalaman keterpaparan sangat berperan
karena mereka yang berumur lebih tinggi dan mempunyai pengalaman terhadap
penyakit scabies tentu mereka akan lebih tahu cara pencegahannya serta
penularannya.Untuk tingkat pendidikan yang paling banyak menderita scabies adalah
kelas 2 MTs yaitu sebesar 55.6%. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan
seseorang dapat meningkatkan pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang
Universitas Sumatera Utara
kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mereka tahu bagaimana
cara pencegahan dan penularan penyakit scabies.
5.2 Hubungan kebersihan Kulit dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori baik yaitu 22 orang ( 61.1%) dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan kulit secara signifikan mempunyai hubungan dengan
kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p = 0,000
(p < 0,05).
Scabies merupakan penyakit kulit yang desebabkan oleh tungau sarcoptes
scabiei dan sering muncul karena kurangnya kebersihan diri salah satunya kebersihan
kulit.Penyakit ini juga bisa terjadi karena pemakaian sabun sacara bergantian sesama
teman.Pada pertanyaan apakah pernah memakai sabun bergantian sesama teman
didapat bahwa sebanyak 72.2% penderita scabies pernah memakai sabun secara
bergantian.Hali ini sejalan dengan penelitian Debi (2004) bahwa prilaku yang sering
mendukung terjadinya scabies adalah saling bergantian memakai sabun sesama
teman.
Menurut Tarwoto dan Martonah (2003), Kebersihan diri termasuk kebersihan
kulit sangat penting dalam usaha pemeliharaan kersehatan seperti mandi 2 kali
sehari menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit menular.
Bagi Kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya
merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat
menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang
kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit,
Universitas Sumatera Utara
maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting
artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi (Wolf, 1984).
5.3 Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori baik yaitu 7 orang ( 19.4%) dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan tangan dan kuku
secara signifikan mempunyai
hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
dengan nilai p = 0,029 (p < 0,05).
Kebersihan tangan dan kuku sangatlah penting karena apabila penderita
scabies memiliki kebersihan tangan yang buruk dan kuku yang panjang dapat
menyebabkan perkembangan kuman penyakit scabies.Pada pertanyaan apakah
memotong kuku sekali seminggu didapat bahwa sebanyak 75.0% penderita scabies
tidak memotong sekali seminggu. Hal ini sejalan dengan penelitian Desi (2005)
bahwa penyakit scabies bisa tejadi akibat kebersihan tangan dan kuku yang kurang
baik.
Menurut Wolf (2000), Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar
ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit
dan mengurangi kesempatan infeksi.
Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan
kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan normal serta
mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan
Universitas Sumatera Utara
kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku
menggunakan sabun.
5.4 Hubungan Kebersihan Genitalia dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori baik yaitu 8 orang ( 22.2%) dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan genitalia secara signifikan mempunyai hubungan
dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,000 (p < 0,05).
Pada pertanyaan apakah menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari
didapat bahwa sebanyak 69.4% penderita skabies tidak menjemur pakaian dalam
dibawah terik matahari. Menurut Lita (2005), apabila pakaian dalam tidak dijemur
dibawah terik matahari ini akan menyebabkan kuman scabies cepat berkembang biak
karena lembab.Dengan menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari ini akan
dapat mengurangi perkembangbiakannya.
Sepatutnya dalam sehari minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali
sehari untuk menjaga kebersihan, jika tidak jamur,bakteri bahkan parasit bisa
menempel dialat kelamin.Hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang
lain karena mudah menularkan penyakit infeksi (Handri, 2010)
Universitas Sumatera Utara
5.5.Hubungan Kebersihan pakaian dengan kejadian scabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori baik yaitu 14 orang ( 38.9%) dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan pakaian secara signifikan mempunyai hubungan
dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,025 (p < 0,05).
Pada pertanyaan apakah pernah bertukar pakaian sesama teman didapat bahwa
responden yang menderita scabies sebanyak 77.8 % pernah bertukar pakaian sesama
teman. Hasil penelitian Ma’rufi (2005), bahwa prilaku yang sering mendukung
terjadinya scabies adalah sering bergantian pakaian sesama teman. Menurut Mansyur
(2007) penularan scabies secara tidak langsung dapat disebabkan melalui
perlengkapan tidur,pakaian dan handuk.
Menurut Lita (2005), bila pakaian tidak pernah di cuci ataupun dijemur dalam
jangka waktu yang lama Maka kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada di
pakaian itu banyak sekali dan sangat besar resiko untuk menularkan pada orang lain.
Adapun penularan penyakit scabies dapat secara kontak tidak langsung yaitu melalaui
benda – benda terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita seperti
pakaian, handuk, sprei, bantal dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5.6 Hubungan Kebersihan Handuk dengan kejadian Skabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori baik yaitu 3 orang ( 8.3%) dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan pakaian secara signifikan mempunyai hubungan
dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,034 (p < 0,05).
Secara kontak tidak langsung penyakit scabies disebabkan karena sering
bertukaran handuk sesama teman dan tidak dijemur dibawah terik matahari.Hal ini
sejalan dengan penelitian Sidit (2004) bahwa sebagian besar santri sering bertukaran
handuk sesama teman.
Pada pertanyaaan apakah menggunakan handuk bergantian sesama teman
didapat bahwa sebanyak 80.6% penderita skabies menggunakan handuk secara
bergantian. Menurut Lita (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara
bersama sama karena mudah menularkan kuman scabies dari penderita ke orang lain.
Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak
dicuci dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah kuman scabies
yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada
orang lain.
Universitas Sumatera Utara
5.7 Hubungan Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei dengan Kejadian Skabies
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori baik yaitu 3 orang ( 8.3%) dengan menggunakan uji chi square
diketahui variabel Kebersihan pakaian secara signifikan mempunyai hubungan
dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru dengan nilai p =
0,000(p < 0,05).
Pada pertanyaaan apakah menjemur kasur sekali seminggu didapat bahwa
sebanyak 78.8% penderita scabies tidak menjemur kasur sekali seminggu dan pada
pertanyaan apakah mengganti sprei sekali seminggu didapat bahwa sebanyak 83.3 %
penderita skabies tidak mengganti sprei sekali seminggu. Menurut Lita (2005),kuman
scabies paling senang hidup dan berkembang biak di perlengkapan tidur. Dengan
menjemur kasur sekali seminggu dan mengganti sprei sekali seminggu ini bisa
mengurangi perkembangbiakan kuman scabies.Menurut Handayani (2007) penularan
melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur memegang peranan
penting dalam penyakit scabies.
Kasur merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas tidur. Agar
kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x
seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan
seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah (Handri,2010)
Universitas Sumatera Utara
5.8 Gambaran Sanitasi Asrama Pesantren
5.8.1. Kelembaban
Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban pada asrama santri didapatkan
hasil bahwa 100%
kelembaban asrama santri sudah memenuhi syarat kesehatan
dimana kelembaban ruangan yang di perbolehkan menurut Kepmenkes RI No
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah 40%-70%.
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku
tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan
baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan tidur
berperan
dalam
penularan
(memudahkan tungau
penyakit
berbasis
lingkungan
seperti
scabies
Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang
sekitarnya hingga mencapai pejamu baru (Soedjadi, 2003).
Kelembaban
sangat
berperan
penting
dalam
pertumbuhan
kuman
penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
5.8.2. Ventilasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa ventilasi pada asrama
santri 100 % sudah memenuhi syarat kesehatan. Menurut Kepmenkes RI No
829/Menkes/SK/VII/1999 luas ventilasi adalah 10% dari luas lantai.
Ventilasi
adalah
sarana
untuk
memelihara
kondisi
atmosfer
yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat
penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada
Universitas Sumatera Utara
penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra,
2007).
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara didalam ruangan tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah yang berarti kadar karbon dioksida
yang bersifat racun bagi penghuni semakin meningkat. Di samping itu tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan akan naik
karena proses penguapan cairan dari kulit dan peneyarapan. Kelembaban ini
merupakan media yang baiak untuk bakteri pathogen. Fungsi kedua dari ventilasi
adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri pathogen, karena terjadi
aliran udara yang terus menerus (Notoatmodjo, 2003).
5.8.3. Pencahayaan
Berdasarkan hasil observasi pencahayaan pada kamar tidur santri didapatkan
hasil bahwa pencahayaannya 100 % sudah cukup, sehingga dapat digunakan untuk
membaca dengan normal. Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan,
terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga akan menjadi
berkembangbiaknya bakteri pathogen. Sebaliknya terlalu banyak cahaya yang masuk
kedalam ruangan akan menyebabkan silau, sehingga dapat merusak mata. Jendela
dapat berfungsi sebagai ventilasi dan jalan masuknya cahaya kedalam ruangan
(Notoadmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pada malam hari rumah yang sehat harus memperoleh cahaya yang cukup.
Cahaya pada malam hari dapat menggunakan lampu minyak, api, listrik, dan
sebagainya. Namun idealnya rumah sehat menggunakan listrik sebagai sumber
pencahayaan pada malam hari.Pencahayaan dalam rumah minimal 60 lux sampai
100 lux (Prabu, 2009).
5.8.4. Kepadatan Penghuni
Berdasarkan hasil observasi pada 5 ruang tidur asrama santri didapat hasil
bahwa 80% termasuk dalam kategori padat ini artinya tidak memenuhi syarat
kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No/829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang
persyaratan kesehatan perumahan yakni luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia
5 tahun.
Kepadatan Hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah
pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi
terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak
langsung maupun tidak langsung dari satu santri kepada santri yang lainnya
(Soejadi, 2003).
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara
didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat
udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan
cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).
Universitas Sumatera Utara
Seperti
yang
dikemukan
W.H.O
perumahan
yang
terlalu
sempit
mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena rumah
terlalu sempit maka perpindahan (Penularan) bibit penyakit dari manusia ke manusia
yang lainnya akan lebih mudah terjadi misalnya : TBC, penyakit – penyakit kulit
(Entjang, 2000).
5.9. Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren
5.9.1. Sarana Air Bersih
Pada saat di observasi sarana air bersih pada pesantren darel hikmah kota
pekanbaru ada,milik sendiri, berbau, berwarna dan berasa sumber air bersih yang
digunakan adalah sumur Gali. Santri mengeluhkan air pada asaramanya karena airnya
berbau,berwarna dan berasa.
Menurut Santoso (2010) Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan
fisik sebagai berikut :
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan koloid dan bahan-bahan yang terlarut dalam air yang
berbahaya bagi kesehatan.
b. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, pahit atau asin
Menunjukkan air tersebut tidak baik. Air yang biasanya berbau,dan berasa terjadi
akibat adanya dekomposisi bahan organic didalam air. Rasa asin disebabkan adanya
garam – garam tertentu yang larut dalam air. Sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organic maupun asam anorganik.
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak berbau
Air yang memenuhi standart kualitas harus bebas dari bau, air yang berbau
Biasanya disebabkan oleh bahan –bahan organic sedang mengalami dekomposisi
(penguraian) oleh mikroorganisme air.
Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam
upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum,
masak, mandi, dll). Promosi yang meningkat dari penyakit – penyakit infeksi yang
bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah
tercemar.Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat menular,
penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut berbagai aspek
lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia (WHO, 2001) .Dan menurut slamet
(2002) air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan.
Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
penyakit. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
disuatu daerah maka penyebaran penyakit menular diharapkan dapat ditekan
seminimal mungkin. Kurangnya air bersih khususnya untuk menjaga kebersihan diri
dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit karena jamur, bakteri, termasuk juga
penyakit scabies (Notobroto, 2005).
Universitas Sumatera Utara
5.9.2. Jamban (Sarana Pembuangan Kotoran)
Berdasarkan observasi pada pesantren darel hikmah kota pekanbaru terdapat
sarana pembuangan kotoran, seluruhnya menggunakan jamban leher angsa,
mempunyai konstruksi yang baik tapi kondisi jamban kurang bersih, dan tidak
tersedia sabun di jamban untuk digunakan santri sehari hari. Hal ini dapat beresiko
untuk kontaminasi tinja dari tangan manusia yang tidak mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar.
Adapun syarat jamban yang memenuhi syarat menurut Depkes (1997) yaitu:
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
3. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
4. Penerangan cukup
5. Tersedia air dan alat pembersih
6. Aman digunakan dan mudah dibersihkan.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai
penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dan sebagainya.
Kotoran manusia merupakan buangan padat yang selain menimbulkan bau, mengotori
lingkungan, juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab
itu perlu sekali menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehinggan tidak terjadi
penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
5.9.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Berdasarkan hasil observasi pada pesantren terdapat pembuangan saluran air
limbah tetapi dialirkan keselokan terbuka sehingga limbah cair tidak mengalir dengan
lancar, hal ini diakibatkan drainase terbuka dan tidak di tutup dengan kisi-kisi yang
terbuat dari logam sehingga mengakibatkan banyak sampah yang masuk ke dalam
saluran drainase dan mengakibatkan saluran air limbah tidak lancar. Selain itu saluran
air limbah ini juga menimbulkan bau dan ketidaknyamanan bagi santri maupun
pengunjung yang datang. Ketidakpedulian pengelola pesantren maupun santri
terhadap kondisi ini menjadi penyebab utama buruknya kondisi pesantren. melalui
penampungan dan pembuangan yang memenuhu persyaratan teknis kesehatan guna
melindungi,
memelihara,
dan
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat.
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga
lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit
yang penularannya melalui air yang tercemar seperti kolera, tipus abdominalis,
disentri dan sebagainya (Kusnoputranto, 2000).
Universitas Sumatera Utara
5.9.4. Sarana Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa pada pesantren terdapat sarana
pembuangan sampah, kedap air tetapi tidak bertutup.Kondisi tempat sampah yang
tidak bertutup ini dapat menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika.
Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
lingkungan akan dapat mengakibatkan antara lain berkembang biaknya serangga dan
tikus, dapat menjadi sumber pengotoran tanah, pencemaran air dalam tanah, dan
pencemaran udara, serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit
yang
membahayakan kesehatan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu
pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media
perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam
pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulka
bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya (Azwar, 1996).
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit santri dengan kejadian
penyalit kulit infeksi scabies dengan (p = 0,000)
2. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan dan kuku santri
dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dengan( p= 0,029)
3. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan genitalia santri dengan
kejadian penyakit kulit infeksi scabies dengan (p= 0,000)
4. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian santri dengan
kejadian penyakit kulit infeksi scabies dengan (p=0,025)
5. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan Handuk santri dengan
kejadian penyakit kulit infeksi scabies dengan (p=0,034)
6. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan tempat tidur dan sprei santri
dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dengan (p=0,000).
7. Sebagian besar keadaan lingkungan fisik asrama santri pada Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 memiliki kelembaban yang memenuhi
syarat 100%, ventilasi memenuhi syarat 100%, Pencahayaan memenuhi syarat
100%, kepadatan hunian dalam ruang tidur padat sebesar 4 kamar (80.0%),
dan yang tidak padat 1 kamar (20.0%).
Universitas Sumatera Utara
8.
Sanitasi dasar pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011
yang meliputi sarana air bersih, jamban, sarana pembuangan air limbah, dan
sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.
6.2 Saran
1.
Bagi pondok pesantren diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut
tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenaga
kesehatan di pondok Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
2.
Bagi Santri perlu meningkatkan kebersihan diri dengan memotong kuku sekali
seminggu, mandi 2x sehari, tidak bergantian memakai handuk sesama teman,
menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari dan menjemur kasur
minimal sekali seminggu dan menjaga kebersihan lingkungan dengan
membuang sampah pada tempatnya membersihkan SPAL agar terhindar dari
penyakit skabies.
3.
Bagi Pengelola pesantren agar dapat menyediakan fasilitas yang cukup seperti
tempat penyimpanan pakaian serta tempat menjemur pakaian
4.
Bagi pengembangan ilmu kesehatan lingkungan, yaitu memberikan kontribusi
referensi untuk pengembangan pengetahuan dan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan penyakit scabies dan sanitasi lingkungan Pesantren.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber,
Jakarta.
Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-greymohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Mei 2011
2008-
Benneth, F.J., (1997). Seputar Kedokteran dan Linux.Jakarta
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/skabies.html yang diakses bulan April
2011
BrownT.Y. et al, (1999).Seputar Kedokteran dan Linux.Jakarta
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/skabies.html yang diakses bulan April
2011
Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta
Dariansyah, F, 2006. Tinjauan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
penyakit scabies di Pesantren Oemar Diyan Kecamatan Indarapuri
Kabupaten Aceh Besar. Skripsi, FKM, UNAIR.
Deby, K (2004). Hubungan antara praktik kebersihan pribadi dan kontak
perseorangan dengan kejadian scabies.Skripsi FKM UNDIP, Semarang.
Depkes, (1997). Petunjuk Teknis Penyuluhan Program Penyehatan Lingkungan
Bagi Petugas Puskesmas.Depkes RI, Jakarta.
Depkes,( 1999). Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999,
Persyaratan Kesehatan Perumahan, Depkes RI.Jakarta.
Tentang
Depkes, (2007). Cegah dan Hilangkan Penyakit ‘Khas’ Pesantren.Jakarta. website
http://suhelmi.wordpress.com/2007/10/23/cegah-dan-hilangkan- penyakitkhas-pesantren/ yang diakses bulan Maret 2011
Depkes, 2004. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas.
Depkes RI, Jakarta.
Desi, (2005).Hubungan antara praktik kebersihan diri dengan kejadian scabies.
Skripsi FKM UNDIP, Semarang.
Dirjen P2M & PL, 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit
Kecacingan, Depkes RI, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Djuanda, A. dkk. (2000). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. FK
UI,Jakarta.
Emier,(2007).
Scabies.
Diakses
bulan
April
websitehttp://emier86.blogspot.com/2007/10/scabies.html
2011.
Entjang Indan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Handayani. 2007. Hubungan Antara Praktik Kebersihan Diri dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Nihayatul Amal Waled Kabupaten Cirebon.
Diakses: Okteber 2011. http://fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&
Handoko,
R.
(2001).
Seputar
Kedokteran
dan
Linux.
Jakarta
website.http://medlinux.blogspot.com/2009/02/skabies.html diakses pada bulan
Mei 2011
Handri, 2010. Info kesehatan Penyakit Kulit. Jakarta
Harahap, M, (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipocrates.
Kusnoputranto, H, 1986. Kesehatan Lingkungan. Departemen P & K UI, Jakarta.
Kusnoputranto, H, 2000. Kesehatan Lingkungan.FKM UI, Jakarta
Lita Sri, (2005). Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di
Pondok Pesantren Ulumu Qur’an Stabat, volume 9, nomor 3,USU press,
Medan.
Ma’Rufi, 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap Prevalensi
Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan.Vol 2 No 1, Surabaya.
Mansyur, 2007. Pendekatan Keluarga pada penatalaksanaan Skabies. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol 57 No 2, Jakarta.
Mansur, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga Jilid kedua. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.
Meyer,
J.
et
al,
(2000).
Seputar
Kedokteran
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/skabies.html
dan
Linux.
Muin, 2009. Hubungan Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin dan Kepadatan
Hunian Ruang tidur Terhadap Kejadian Skabies. Skripsi FKM
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Universitas Sumatera Utara
Noor, Nasry (2008). Epidemiologi Penyakit Menular. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatana. cetakan pertama,
Jakarta: Rineka Cipta.
……………. , 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta
…………….., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineke Cipta, Jakarta.
Notobroto, 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang berperan Terhadap
Prevalensi Penyakit Skabies.FKM UNAIR, Surabaya.
Perry, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Prabu, Putra, 2009. Rumah sehat. http://putraprabu.wordpress.com.
Sadana, (2007). Untuk Pengobatan Scabies. Jakarta. Dibuka pada website
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/30/krim-permethrin-5-untuk
pengobatan-scabies/
Safitri,
(2008).
Menjaga
kebersihan
genital.
Jakarta.
http://www.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelTeens.php?artikelID=228
Santoso, U.(2010). Kualitas dan Kuantitas Air Bersih Untuk Pemenuhan
Kebutuhan Manusia.Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Sidit,Supriyadi 2004. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan
Terhadap Kejadian Skabies.Skripsi FKM UNAIR,Surabaya.
Slamet, JS, 1996. Kesehatan Lingkungan.Gajahmada University Press, Yogyakarta
Slamet, Juli Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press,
Yogyakarta
Soejadi, 2003. Upaya Sanitasi Lingkungan di Pondok Pesantren Ali Maksum
Almunawir dan Pandanaran Dalam Penaggulangan Penyakit Skabies.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. Ponpes, Jawa Timur.
Stevens, P.J.M, 2000. Ilmu Keperawatan Jilid 5 Edisi 2.EGC,Jakarta
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Administrasi Edisi Revisi, Cetakan ke 15, CV
Alfabeta, Bandung.
Sukini, Elisabeth, 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Depkes, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Tarwoto dan Martonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi pertama. Salemba Medika.
Webhealthcenter. (2006). Personal Hygiene. Dibuka pada website http://www.
webhealthcenter.com, Jakarta
WHO. 2001. Planet Kita Kesehatan Kita. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Wolf, LV dkk, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Penerbit Gunung Agung,
Jakarta.
Yosefw, (2007). Krim Permethin untuk pengobatan scabies, Dibuka pada website
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/30/krim-permethrin-5untuk
pengobatan-scabies/
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES
DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN
PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA
PEKANBARU TAHUN
2011
IDENTITAS RESPONDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nomor Responden
Nama
Jenis kelamin
Umur
Nama Pesantren
Alamat
Kelas
:
:
:
:
:
:
:
Personal hygiene
Kebersihan Pakaian
1. Apakah anda mengganti pakaian 2x sehari?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda pernah bertukar pakaian sesama teman?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mencuci pakaian anda menggunakan detergen?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menyetrika baju anda?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda merendam pakaian disatukan dengan pakaian teman yang lain?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menjemur pakaian dibawah terik matahari?
Universitas Sumatera Utara
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Kulit
1. Apakah anda mandi 2 x sehari?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mandi menggunakan sabun?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda menggosok badan saat mandi?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda mandi menggunakan sabun sendiri?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mandi setelah melakukan kegiatan seperti olah raga?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah teman anda pernah memakai sabun anda?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Tangan dan Kuku
1. Apakah anda mencuci tangan setelah membersihkan tempat tidur anda?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mencuci tangan setelah membersihkan kamar mandi anda?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda memotong kuku sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda mencuci tangan pakai sabun menggunakan sabun sesudah
BAB/BAK?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mencuci tangan setelah menggaruk badan anda?
Universitas Sumatera Utara
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Genitalia
1. Apakah anda mengganti pakaian dalam anda sesudah mandi?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mencuci pakaian dalam anda menggunakan detergen?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakan anda kalau mandi membersihkan alat genital?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menjemur pakaian dalam anda dibawak terik matahari?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda membersihkan alat genital setiap sesudah BAB/BAK?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda merendam pakaian dalam dijadikan satu sama teman anda?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Handuk
1. Apakah anda mandi menggunakan handuk sendiri?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda menjemur handuk setelah di gunakan untuk mandi?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mencuci handuk bersamaan atau dijadikan satu dengan teman
anda?
a. Ya
b. Tidak
Universitas Sumatera Utara
4. Apakah anda menggunakan handuk bergantian dengan teman anda?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda menjemur handuk dibawah terik sinar matahari?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menggunakan handuk dalam keadaan kering tiap hari?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Tempat tidur dan Sprei
1. Apakah sprei yang anda gunakan untuk tidur digunakan untuk bersama-sama?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda tidur ditempat tidur anda sendiri?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah teman anda pernah tidur ditempat tidur anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mengganti sprei tempat tidur anda sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda mencuci sprei tempat tidur anda dijadikan satu dengan teman
anda?
a. Ya
b. Tidak
Universitas Sumatera Utara
Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies
1. Selama 3 bulan terakhir ini apakah anda pernah menderita penyakit kulit
infeksi scabies?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda pernah mengalami gejala seperti gatal pada malam hari,iritasi
dan adanya tonjolan kulit berwarna putih ke abu-abuan pada sela jari, telapak
tangan, pergelangan tangan, dan alat genitalia?
a. Ya
b. Tidak
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR OBSERVASI
KEADAAN SANITASI ASRAMA PONDOK PESANTREN
1. Kelembaban %
a. Ruang kamar tidur ……….. %
2. Pencahayaan alami dalam asrama pondok pesantren
a. Ruang kamar tidur………...
3. Total luas ventilasi kamar
a. Luas lantai kamar………… m2
b. Jumlah luas ventilasi kamar adalah…..
4. Ada berapa orang tinggal dalam satu kamar?
1. > 16 Orang
2. 10 sampai 15 orang
3. < 10 orang
Universitas Sumatera Utara
Lembar Observasi Sanitasi dasar lingkungan pesantren
menurut Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang persyaratan Kesehatan Perumahan
No Komponen yang dinilai
SARANA SANITASI
1 Sarana Air Bersih
Jamban (sarana
2 pembungan
kotoran)
3 Sarana Pembuanagn Air
Limbah (SPAL)
Kriteria
Nilai
a. Tidak ada
b. Ada, bukan milik sendiri, berbau,berwarna dan berasa
c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna dan berasa
d. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
e. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
0
1
2
3
4
a. Tidak ada
b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan kesungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan kesungai atau kekolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank
e. Ada, leher angsa, septic tank
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur dihalaman
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air
jarak dari sumber < 10 meter
c. Ada, dialirkan keselokan terbuka
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan
sumber
0
1
2
3
4
0
1
Bobot
25
2
3
Universitas Sumatera Utara
Sarana pembungan
4 sampah
air > 10 meter)
e. Ada, dialirkan keselokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih
lanjut
4
a. Tidak ada
b. Ada, tetapi tidak kedap air
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup
d. Ada, kedap air dan bertutup
0
1
2
3
TOTAL HASIL PENILAIAN
Keterangan
Kriteria
1. Sehat
2. Tidak sehat
Nilai x Bobot
≥ 334
< 334
Universitas Sumatera Utara
MASTER DATA
No Um JK PD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
16
16
12
14
14
14
13
15
14
14
14
12
14
13
13
14
13
13
15
14
14
16
16
14
14
15
13
14
13
14
14
14
13
13
13
13
13
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
Keb.Pakaian
P1 P2 P3 P4 P5 P6
2 0 2 2 2 2
2 0 2 0 2 0
0 2 2 2 0 2
2 2 2 2 2 0
0 0 2 2 0 2
2 0 2 2 0 2
2 2 0 2 0 0
2 2 2 2 0 0
2 0 2 2 0 2
2 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 0
0 0 2 2 0 2
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 0
2 0 2 2 0 2
2 2 2 2 0 2
2 0 2 2 0 0
2 2 2 2 2 0
0 0 2 2 2 0
2 2 2 0 2 2
0 0 2 2 0 2
2 0 2 2 0 2
2 0 2 2 0 2
2 2 2 2 0 0
2 0 2 2 0 2
0 2 2 2 0 0
2 0 2 2 0 2
2 2 2 2 0 0
2 0 2 2 0 2
0 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 0
0 2 2 2 2 2
0 2 2 2 0 2
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 0 2
2 2 2 2 0 2
0 2 2 2 2 0
Keb. Kulit
Keb.Tangan dan Kuku
Keb. Genetalia
Keb.Handuk
Jlh P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jlh P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jlh P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jlh P1 P2 P3 P4 P5 P6
10 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 0 0 2 8 2 2 2 0 2
0 8 2 2 0 0 2 0
6 0 2 0 2 0 2 6 2 2 0 0 0 0 4 2 2 2 0 2
0 8 0 2 0 2 2 2
8 0 2 0 2 0 0 4 2 2 0 0 2 2 8 0 0 2 0 2
0 4 0 2 2 2 0 2
10 0 2 2 0 0 2 6 2 2 2 2 0 0 8 2 2 2 2 2
0 10 2 2 0 0 0 2
6 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 0 0 2 8 2 2 2 2 2
0 10 2 2 0 0 2 2
8 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 0 0 8 2 2 2 0 2
0 8 0 2 0 0 2 0
6 2 2 2 2 2 0 10 2 2 0 0 0 2 6 0 2 2 0 2
0 6 2 0 0 0 2 0
8 2 2 2 2 2 0 10 2 2 0 2 0 0 6 2 2 2 0 2
0 8 0 2 2 0 2 0
8 2 2 2 2 0 0 8 2 2 2 0 0 0 6 0 2 2 2 2
0 8 2 2 0 0 2 2
10 0 2 2 0 0 2 6 2 2 0 0 0 0 4 0 2 2 0 2
0 6 2 2 0 2 2 0
10 0 2 2 0 0 2 6 2 2 0 0 0 0 4 2 2 2 2 2
0 10 0 2 0 2 0 0
6 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 0 0 2 8 0 2 2 0 2
0 6 2 2 0 0 2 2
12 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 0 2
0 8 2 2 2 2 2 2
10 2 2 2 2 0 2 10 2 2 0 0 2 2 8 2 0 0 0 2
0 4 0 0 0 2 2 0
8 2 2 2 2 2 0 10 2 2 0 0 0 0 4 2 2 2 2 2
0 10 2 2 0 0 2 2
10 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 2 0 2 10 2 2 2 0 0
0 6 2 2 0 0 2 2
6 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 2 0 2 10 2 2 2 2 2
0 10 2 2 0 0 2 2
10 2 2 2 2 0 0 8 2 2 2 0 0 0 6 2 2 0 0 2
0 6 0 2 0 2 2 2
6 2 2 2 2 2 2 12 2 2 0 0 0 2 6 0 2 2 0 2
0 6 0 2 0 2 0 2
10 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 0 2 10 2 2 2 0 2
0 8 2 2 0 2 0 2
6 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 0 0 2 8 2 2 2 0 2
0 8 2 2 0 0 2 0
8 2 2 2 2 2 0 10 2 2 0 2 0 0 6 2 2 2 0 2
2 10 2 2 0 0 2 2
8 2 2 2 2 0 0 8 2 2 0 0 0 2 6 2 2 2 2 2
0 10 2 2 0 0 0 2
8 2 2 2 2 2 2 12 2 2 0 0 0 0 4 0 2 2 0 2
0 6 0 2 0 2 0 2
8 2 2 2 2 2 0 10 2 2 2 2 0 2 10 2 2 2 0 2
0 8 2 2 0 0 2 2
6 2 2 2 2 0 2 10 2 2 0 0 0 2 6 2 2 0 2 0
2 8 0 0 2 2 2 0
8 2 2 2 2 0 2 10 2 2 0 2 0 2 8 2 2 2 0 2
0 8 2 2 0 0 2 2
8 2 2 2 2 2 2 12 2 2 0 0 0 0 4 0 2 2 0 2
0 6 0 2 0 0 2 0
8 2 2 2 0 2 2 10 2 2 2 2 0 2 10 0 2 2 0 2
0 6 0 2 0 2 0 2
8 2 2 2 2 0 0 8 2 2 0 0 2 0 6 2 2 2 0 2
0 8 0 0 2 2 0 2
10 2 2 2 2 2 2 12 2 2 0 2 2 2 10 2 2 2 2 2
0 10 2 0 0 0 2 2
10 2 2 2 0 2 2 10 2 2 0 2 0 2 8 0 2 2 0 2
0 6 0 2 2 2 2 2
8 2 2 2 2 2 2 12 0 2 2 0 0 2 6 2 2 2 0 2
0 10 0 0 2 0 0 0
12 2 2 2 2 0 2 10 2 2 0 2 0 0 6 0 2 2 0 2
0 6 0 0 0 2 2 0
10 2 2 2 2 2 0 12 2 2 2 0 2 2 10 2 2 2 2 2
0 10 2 2 0 0 2 2
10 2 2 2 0 0 2 8 2 2 0 0 0 0 4 2 2 2 0 2
0 8 2 2 0 0 0 2
8 2 2 2 0 0 2 8 2 2 0 0 0 0 4 0 2 2 2 2
0 8 0 2 0 2 0 2
Keb. Tempat Tdr dan Sprei K.Skabies
Jlh P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jlh P1 P2 Jlh
6 2 0 2 2 2 2 10 0 0 0
8 2 2 2 0 0 2 8
2 2 4
8 2 2 0 0 2 2 8
2 2 4
6 0 2 2 0 0 0 4
2 2 4
8 2 2 0 2 2 0 8
0 0 0
6 2 2 2 2 2 0 10 0 0 0
6 2 2 0 0 2 0 6
0 0 0
8 0 2 2 0 2 0 6
0 0 0
8 0 2 0 2 2 0 6
0 0 0
8 2 0 2 0 0 2 6
2 2 4
4 0 2 2 0 0 2 4
2 2 4
8 0 2 2 2 2 0 8
0 0 0
12 2 2 0 0 2 0 6
0 0 0
4 2 2 2 0 0 2 8
2 2 4
8 0 2 2 2 2 0 8
0 0 0
8 2 2 2 0 0 2 8
0 0 0
8 0 2 0 2 2 0 6
0 0 0
8 2 2 2 0 0 2 8
2 2 4
6 0 2 2 0 0 0 4
2 2 4
8 0 2 2 0 0 2 6
2 2 4
6 2 2 0 2 2 0 8
0 0 0
8 0 2 2 0 2 0 6
0 0 0
6 0 2 2 2 2 0 8
0 0 0
6 0 2 2 2 0 2 8
2 2 4
8 2 2 0 0 2 2 8
0 0 0
6 2 2 0 0 0 2 6
2 2 4
8 0 0 0 2 2 0 4
0 0 0
4 2 0 2 0 0 2 6
2 2 4
6 2 2 2 2 2 0 10 0 0 0
6 2 2 2 0 0 2 8
2 2 4
6 0 2 2 0 0 0 6
2 2 4
10 2 0 2 2 2 2 10 2 2 4
2 0 2 0 2 0 2 6
0 0 0
4 2 0 2 0 0 2 6
2 2 4
8 0 2 0 0 2 2 6
2 2 4
6 0 2 0 2 2 0 6
0 0 0
6 0 0 2 0 0 2 4
2 2 4
Universitas Sumatera Utara
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
12
13
13
15
16
14
14
14
14
16
12
14
13
15
14
13
14
14
13
13
13
13
15
15
13
15
15
13
15
15
15
13
13
14
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
0
0
0
2
2
0
2
0
2
2
2
2
0
0
2
2
2
2
0
2
0
2
2
0
2
0
2
2
2
2
0
2
2
0
0
0
2
2
0
0
0
2
2
2
0
2
2
2
2
0
0
2
2
0
2
2
2
0
0
0
2
2
0
2
2
0
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
0
0
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0
2
0
0
0
0
2
2
0
0
0
2
0
2
2
0
2
2
2
2
0
0
2
0
0
2
0
0
2
0
2
0
0
0
2
2
0
0
2
2
2
0
0
2
0
2
0
0
0
2
2
0
0
0
0
2
2
2
2
2
0
2
2
0
2
0
2
2
8
6
8
6
4
8
6
10
6
10
8
8
8
8
6
8
10
10
8
2
8
6
10
8
6
8
8
10
8
10
10
6
10
10
6
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
0
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
0
0
0
2
2
2
2
0
0
2
2
2
2
2
2
0
0
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
0
0
2
0
2
10
12
10
12
10
12
12
12
10
12
12
12
12
8
12
12
10
12
6
8
6
6
12
12
12
10
10
6
12
12
10
10
12
10
10
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0
0
2
2
0
2
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
2
0
0
2
2
2
2
2
2
0
2
0
2
2
0
2
0
2
2
0
0
0
2
2
0
2
0
2
0
2
2
0
0
2
2
2
2
0
2
2
2
0
0
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
0
0
2
2
2
2
0
2
2
0
2
0
2
2
8
8
6
12
6
10
6
6
6
4
10
6
6
8
2
8
6
4
6
6
6
4
6
10
6
8
8
6
10
10
4
10
10
10
8
0
2
0
2
0
2
2
0
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0
2
0
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
0
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
0
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
0
2
0
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
2
2
0
2
2
0
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
10
6
8
4
10
10
6
10
6
8
10
8
10
8
8
8
8
6
4
8
6
10
10
10
10
10
8
10
6
8
10
4
8
8
2
2
0
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
0
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
0
0
2
0
0
2
2
0
0
0
0
0
2
2
0
2
0
2
2
0
2
0
2
2
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
2
2
2
2
2
2
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
2
0
2
2
2
0
0
0
2
0
2
2
2
2
0
2
0
2
2
2
2
2
0
0
2
0
0
2
2
2
2
0
2
2
0
0
2
0
2
2
2
0
2
0
2
0
0
0
2
2
2
0
2
0
0
0
0
2
2
0
2
0
0
2
0
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
2
2
0
2
2
0
2
0
2
2
8
10
4
12
6
8
6
8
6
6
6
6
4
10
4
6
4
8
4
4
4
6
6
10
6
4
4
4
10
8
6
8
8
8
8
0
0
2
2
0
2
0
2
0
2
0
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
0
2
0
2
0
2
0
0
2
2
0
0
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
0
2
2
0
2
2
0
2
2
2
0
2
0
2
2
2
0
2
0
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
0
2
2
0
2
2
0
2
0
2
2
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
2
2
2
2
0
0
2
2
0
0
0
0
2
2
0
2
0
0
2
2
2
2
0
2
0
2
0
0
2
0
0
0
2
2
0
0
0
0
2
0
2
2
2
2
2
2
2
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
2
0
0
8
8
8
12
4
8
8
12
8
4
8
6
10
12
4
8
10
8
8
8
8
6
6
6
4
10
8
6
8
8
6
8
6
8
4
2
0
2
2
2
0
0
0
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
2
2
2
2
0
0
2
0
0
2
0
0
2
0
2
0
2
2
0
2
2
2
0
0
0
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
2
2
2
2
0
0
2
0
0
2
0
0
2
0
2
0
2
Keterangan
Jenis Kelamin : 1 = Laki-laki
2 = Perempuan
Pendidikan : 1 = Kelas II MTs
2 = Kelas III MT
Kejadian scabies 0 = Kontrol
4 = Kasus
Universitas Sumatera Utara
4
0
4
4
4
0
0
0
4
4
0
0
0
4
4
4
0
0
4
4
4
4
0
0
4
0
0
4
0
0
4
0
4
0
4
Umur * KejSkabies Crosstabulation
KejSkabies
kontrol
Umur
12-13
Count
% of Total
14-16
Total
20
40
27.8%
27.8%
55.6%
16
16
32
22.2%
22.2%
44.4%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
Total
20
Count
% of Total
kasus
pendidikan * KejSkabies Crosstabulation
KejSkabies
kontrol
pendidikan
kls 2 MTS
Count
% of Total
kls 3 MTS
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
kasus
Total
20
20
40
27.8%
27.8%
55.6%
16
16
32
22.2%
22.2%
44.4%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Universitas Sumatera Utara
JK * KejSkabies Crosstabulation
KejSkabies
kontrol
JK
LAKI-LAKI
Count
% of Total
PEREMPUAN
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
kasus
Total
28
28
56
38.9%
38.9%
77.8%
8
8
16
11.1%
11.1%
22.2%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Universitas Sumatera Utara
KPakaian * KejSkabies
Crosstab
KejSkabies
kontrol
KPakaian
BAIK
Count
% of Total
SEDANG
BURUK
14
38
33.3%
19.4%
52.8%
12
19
31
16.7%
26.4%
43.1%
0
3
3
.0%
4.2%
4.2%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
Total
24
Count
% of Total
kasus
Chi-Square Tests
Point
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig. Probabilit
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
7.212a
2
.027
.019
Likelihood Ratio
8.416
2
.015
.016
Fisher's Exact Test
6.767
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
b
6.948
N of Valid Cases
y
.025
1
.008
.013
.007
.005
72
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50.
b. The standardized statistic is 2.636.
Universitas Sumatera Utara
KKulit * KejSkabies
Crosstab
KejSkabies
kontrol
KKulit
BAIK
Count
% of Total
SEDANG
22
57
48.6%
30.6%
79.2%
1
13
14
1.4%
18.1%
19.4%
0
1
1
.0%
1.4%
1.4%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
Total
35
% of Total
BURUK
kasus
Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. Exact Sig.
Value
df
(2-sided)
(2-sided)
14.251a
2
.001
.000
Likelihood Ratio
16.581
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
14.914
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear
b
13.381
Sig. (1-
Point
sided)
Probability
.000
1
.000
.000
.000
.000
Association
N of Valid Cases
72
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
b. The standardized statistic is 3.658.
Universitas Sumatera Utara
Ktangandankuku * KejSkabies
Crosstab
KejSkabies
kontrol
Ktangandankuku
BAIK
Count
% of Total
SEDANG
Count
% of Total
BURUK
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
kasus
Total
17
7
24
23.6%
9.7%
33.3%
16
21
37
22.2%
29.2%
51.4%
3
8
11
4.2%
11.1%
15.3%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
Point
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
Probability
7.115a
2
.029
.027
Likelihood Ratio
7.333
2
.026
.027
Fisher's Exact Test
6.987
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
b
6.795
N of Valid Cases
.027
1
.009
.014
.007
.005
72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
b. The standardized statistic is 2.607.
Universitas Sumatera Utara
KGenetalia * KejSkabies
Crosstab
KejSkabies
kontrol
KGenetalia
BAIK
Count
% of Total
SEDANG
BURUK
8
31
31.9%
11.1%
43.1%
13
22
35
18.1%
30.6%
48.6%
0
6
6
.0%
8.3%
8.3%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
Total
23
Count
% of Total
kasus
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
Point
(2-sided)
sided)
(1-sided)
Probability
15.572a
2
.000
.000
Likelihood Ratio
18.230
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
15.683
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
b
15.356
N of Valid Cases
.000
1
.000
.000
.000
72
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
b. The standardized statistic is 3.919.
Universitas Sumatera Utara
.000
KHanduk * KejSkabies
Crosstab
KejSkabies
kontrol
KHanduk
BAIK
Count
% of Total
SEDANG
BURUK
Total
3
12
12.5%
4.2%
16.7%
24
23
47
33.3%
31.9%
65.3%
3
10
13
4.2%
13.9%
18.1%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Total
9
Count
% of Total
kasus
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
Point
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
Probability
6.791a
2
.034
.037
Likelihood Ratio
7.137
2
.028
.037
Fisher's Exact Test
6.630
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
b
6.670
.037
1
.010
.015
.008
.005
72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
b. The standardized statistic is 2.583.
Universitas Sumatera Utara
KTtidurdansprei * KejSkabies
Crosstab
KejSkabies
kontrol
KTtidurdansprei
BAIK
Count
% of Total
SEDANG
BURUK
3
32
40.3%
4.2%
44.4%
7
24
31
9.7%
33.3%
43.1%
0
9
9
.0%
12.5%
12.5%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
Total
29
Count
% of Total
kasus
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig.
Exact Sig.
Point
sided)
(2-sided)
(1-sided)
Probability
39.448a
2
.000
.000
Likelihood Ratio
46.783
2
.000
.000
Fisher's Exact Test
42.772
Pearson Chi-Square
Linear-by-Linear Association
b
35.896
N of Valid Cases
.000
1
.000
.000
.000
72
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. The standardized statistic is 5.991.
Universitas Sumatera Utara
.000
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan salah satu responden pada Pesantren Darel Hikmah
Gambar 2. Keadaan dalam ruang tidur santri pada Pesantren Darel Hikmah
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Hygrometer (Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban)
Gambar 4. Salah satu santri yang menderita scabies pada Pesantren Darel Hikmah
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Sarana Pembuangan Air Limbah pada Pesantren Darel Hikmah
Gambar 6. Sarana Pembuangan Sampah pada Pesantren Darel Hikmah
Universitas Sumatera Utara
1. Mengganti pakaian 2 x sehari
KP1 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KP1
Tidak
Ya
Total
Kasus
Count
Total
8
15
23
% within KP1
34.8%
65.2%
100.0%
% within JLH8
22.2%
41.7%
31.9%
% of Total
11.1%
20.8%
31.9%
28
21
49
% within KP1
57.1%
42.9%
100.0%
% within JLH8
77.8%
58.3%
68.1%
% of Total
38.9%
29.2%
68.1%
36
36
72
% within KP1
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
2. Bertukar pakaian sesama teman
KP2 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KP2
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
22
8
30
% within KP2
73.3%
26.7%
100.0%
% within JLH8
61.1%
22.2%
41.7%
% of Total
30.6%
11.1%
41.7%
14
28
42
% within KP2
33.3%
66.7%
100.0%
% within JLH8
38.9%
77.8%
58.3%
% of Total
19.4%
38.9%
58.3%
36
36
72
Count
Count
Universitas Sumatera Utara
% within KP2
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
3. Mencuci pakaian menggunakan detergen
KP3 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KP3
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
1
3
4
% within KP3
25.0%
75.0%
100.0%
% within JLH8
2.8%
8.3%
5.6%
% of Total
1.4%
4.2%
5.6%
35
33
68
% within KP3
51.5%
48.5%
100.0%
% within JLH8
97.2%
91.7%
94.4%
% of Total
48.6%
45.8%
94.4%
36
36
72
% within KP3
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
4. Menyetrika baju
KP4 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KP4
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
1
8
9
% within KP4
11.1%
88.9%
100.0%
% within JLH8
2.8%
22.2%
12.5%
% of Total
1.4%
11.1%
12.5%
35
28
63
% within KP4
55.6%
44.4%
100.0%
% within JLH8
97.2%
77.8%
87.5%
% of Total
48.6%
38.9%
87.5%
36
36
72
% within KP4
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
5. Merendam pakaian disatukan sesama teman
KP5 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KP5
Tidak
Ya
Count
Kasus
Total
33
9
42
% within KP5
78.6%
21.4%
100.0%
% within JLH8
91.7%
25.0%
58.3%
% of Total
45.8%
12.5%
58.3%
3
27
30
% within KP5
10.0%
90.0%
100.0%
% within JLH8
8.3%
75.0%
41.7%
% of Total
4.2%
37.5%
41.7%
Count
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
36
36
72
% within KP5
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
6. Menjemur pakaian dibawah terik matahari
KP6 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KP6
Tidak
Count
Total
Total
4
28
32
% within KP6
12.5%
87.5%
100.0%
% within JLH8
11.1%
77.8%
44.4%
5.6%
38.9%
44.4%
32
8
40
% within KP6
80.0%
20.0%
100.0%
% within JLH8
88.9%
22.2%
55.6%
% of Total
44.4%
11.1%
55.6%
36
36
72
% within KP6
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Ya
Kasus
Count
Count
% of Total
1. Mandi 2x sehari
KK1 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KK1
Tidak
Count
Kasus
Total
0
9
9
% within KK1
.0%
100.0%
100.0%
% within JLH8
.0%
25.0%
12.5%
% of Total
.0%
12.5%
12.5%
Universitas Sumatera Utara
Ya
Count
36
27
63
% within KK1
57.1%
42.9%
100.0%
% within JLH8
100.0%
75.0%
87.5%
50.0%
37.5%
87.5%
36
36
72
% within KK1
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Total
Count
% of Total
2. Mandi menggunakan sabun
KK2 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KK2
Ya
Count
Total
36
36
72
% within KK2
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
36
36
72
% within KK2
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Total
Kasus
Count
% of Total
3. Menggosok badan saat mandi
KK3 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KK3
Tidak
Count
Kasus
Total
0
2
2
% within KK3
.0%
100.0%
100.0%
% within JLH8
.0%
5.6%
2.8%
% of Total
.0%
2.8%
2.8%
Universitas Sumatera Utara
Ya
Count
36
34
70
% within KK3
51.4%
48.6%
100.0%
% within JLH8
100.0%
94.4%
97.2%
50.0%
47.2%
97.2%
36
36
72
% within KK3
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Total
Count
% of Total
4. Menggunakan sabun sendiri
KK4 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KK4
Tidak
Count
Total
Total
4
10
14
% within KK4
28.6%
71.4%
100.0%
% within JLH8
11.1%
27.8%
19.4%
5.6%
13.9%
19.4%
32
26
58
% within KK4
55.2%
44.8%
100.0%
% within JLH8
88.9%
72.2%
80.6%
% of Total
44.4%
36.1%
80.6%
36
36
72
% within KK4
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Ya
Kasus
Count
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
5. Mandi setelah olahraga
KK5 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KK5
Tidak
Count
Total
Total
5
18
23
% within KK5
21.7%
78.3%
100.0%
% within JLH8
13.9%
50.0%
31.9%
6.9%
25.0%
31.9%
31
18
49
% within KK5
63.3%
36.7%
100.0%
% within JLH8
86.1%
50.0%
68.1%
% of Total
43.1%
25.0%
68.1%
36
36
72
% within KK5
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Ya
Kasus
Count
Count
% of Total
6. Bertukaran sabun sesama teman
KK6 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KK6
Tidak
Ya
Count
Kasus
Total
15
10
25
% within KK6
60.0%
40.0%
100.0%
% within JLH8
41.7%
27.8%
34.7%
% of Total
20.8%
13.9%
34.7%
21
26
47
% within KK6
44.7%
55.3%
100.0%
% within JLH8
58.3%
72.2%
65.3%
% of Total
29.2%
36.1%
65.3%
Count
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
36
36
72
% within KK6
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
1. Mencuci tangan setelah membersihkan tempat tidur
KTK1 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTK1
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
2
1
3
% within KTK1
66.7%
33.3%
100.0%
% within JLH8
5.6%
2.8%
4.2%
% of Total
2.8%
1.4%
4.2%
34
35
69
% within KTK1
49.3%
50.7%
100.0%
% within JLH8
94.4%
97.2%
95.8%
% of Total
47.2%
48.6%
95.8%
36
36
72
% within KTK1
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
2. Mencuci tangan setelah membersihkan kamar mandi
KTK2 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTK2
Tidak
Count
Kasus
Total
0
1
1
% within KTK2
.0%
100.0%
100.0%
% within JLH8
.0%
2.8%
1.4%
% of Total
.0%
1.4%
1.4%
Universitas Sumatera Utara
Ya
Count
36
35
71
% within KTK2
50.7%
49.3%
100.0%
% within JLH8
100.0%
97.2%
98.6%
50.0%
48.6%
98.6%
36
36
72
% within KTK2
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Total
Count
% of Total
3. Memotong kuku sekali seminggu
KTK3 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTK3
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
16
27
43
% within KTK3
37.2%
62.8%
100.0%
% within JLH8
44.4%
75.0%
59.7%
% of Total
22.2%
37.5%
59.7%
20
9
29
% within KTK3
69.0%
31.0%
100.0%
% within JLH8
55.6%
25.0%
40.3%
% of Total
27.8%
12.5%
40.3%
36
36
72
% within KTK3
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
4. Mencuci tangan sesudah BAB/BAK pakai sabun
KTK4 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTK4
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
14
23
37
% within KTK4
37.8%
62.2%
100.0%
% within JLH8
38.9%
63.9%
51.4%
% of Total
19.4%
31.9%
51.4%
22
13
35
% within KTK4
62.9%
37.1%
100.0%
% within JLH8
61.1%
36.1%
48.6%
% of Total
30.6%
18.1%
48.6%
36
36
72
% within KTK4
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
5. Mencuci tangan setelah menggaruk badan
KTK5 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTK5
Tidak
Ya
Count
Kasus
Total
31
27
58
% within KTK5
53.4%
46.6%
100.0%
% within JLH8
86.1%
75.0%
80.6%
% of Total
43.1%
37.5%
80.6%
5
9
14
% within KTK5
35.7%
64.3%
100.0%
% within JLH8
13.9%
25.0%
19.4%
6.9%
12.5%
19.4%
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
36
36
72
% within KTK5
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
6. Menyikat kuku pakai sabun.
KTK6 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTK6
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
15
23
38
% within KTK6
39.5%
60.5%
100.0%
% within JLH8
41.7%
63.9%
52.8%
% of Total
20.8%
31.9%
52.8%
21
13
34
% within KTK6
61.8%
38.2%
100.0%
% within JLH8
58.3%
36.1%
47.2%
% of Total
29.2%
18.1%
47.2%
36
36
72
% within KTK6
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
1. Mengganti pakaian dalam sesudah mandi.
KG1 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KG1
Tidak
Count
Total
Total
6
17
23
% within KG1
26.1%
73.9%
100.0%
% within JLH8
16.7%
47.2%
31.9%
8.3%
23.6%
31.9%
30
19
49
% within KG1
61.2%
38.8%
100.0%
% within JLH8
83.3%
52.8%
68.1%
% of Total
41.7%
26.4%
68.1%
36
36
72
% within KG1
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Ya
Kasus
Count
Count
% of Total
2. Mencuci pakaian dalam
KG2 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KG2
Tidak
Ya
Count
Kasus
Total
1
4
5
% within KG2
20.0%
80.0%
100.0%
% within JLH8
2.8%
11.1%
6.9%
% of Total
1.4%
5.6%
6.9%
35
32
67
% within KG2
52.2%
47.8%
100.0%
% within JLH8
97.2%
88.9%
93.1%
% of Total
48.6%
44.4%
93.1%
Count
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
36
36
72
% within KG2
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
3. Membersihkan alat genitalia
KG3 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KG3
Tidak
Ya
Count
Total
0
4
4
% within KG3
.0%
100.0%
100.0%
% within JLH8
.0%
11.1%
5.6%
% of Total
.0%
5.6%
5.6%
36
32
68
% within KG3
52.9%
47.1%
100.0%
% within JLH8
100.0%
88.9%
94.4%
50.0%
44.4%
94.4%
36
36
72
% within KG3
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
Total
Kasus
Count
% of Total
4. Menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari
KG4 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KG4
Tidak
Count
Kasus
Total
20
25
45
% within KG4
44.4%
55.6%
100.0%
% within JLH8
55.6%
69.4%
62.5%
% of Total
27.8%
34.7%
62.5%
Universitas Sumatera Utara
Ya
Total
Count
16
11
27
% within KG4
59.3%
40.7%
100.0%
% within JLH8
44.4%
30.6%
37.5%
% of Total
22.2%
15.3%
37.5%
36
36
72
% within KG4
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% of Total
5. Membersihkan alat genitalai sesudah BAB/BAK
KG5 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KG5
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
1
4
5
% within KG5
20.0%
80.0%
100.0%
% within JLH8
2.8%
11.1%
6.9%
% of Total
1.4%
5.6%
6.9%
35
32
67
% within KG5
52.2%
47.8%
100.0%
% within JLH8
97.2%
88.9%
93.1%
% of Total
48.6%
44.4%
93.1%
36
36
72
% within KG5
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
6. Merendam pakaian dalam disatukan sesama teman
KG6 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KG6
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
35
33
68
% within KG6
51.5%
48.5%
100.0%
% within JLH8
97.2%
91.7%
94.4%
% of Total
48.6%
45.8%
94.4%
1
3
4
% within KG6
25.0%
75.0%
100.0%
% within JLH8
2.8%
8.3%
5.6%
% of Total
1.4%
4.2%
5.6%
36
36
72
% within KG6
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
1. Menggunakan handuk sendiri.
KH1 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KH1
Tidak
Count
Total
6
22
28
% within KH1
21.4%
78.6%
100.0%
% within JLH8
16.7%
61.1%
38.9%
8.3%
30.6%
38.9%
30
14
44
% within KH1
68.2%
31.8%
100.0%
% within JLH8
83.3%
38.9%
61.1%
% of Total
41.7%
19.4%
61.1%
% of Total
Ya
Kasus
Count
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
36
36
72
% within KH1
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
2. Menjemur handuk setelah mandi
KH2 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KH2
Tidak
Count
Total
Total
6
16
22
% within KH2
27.3%
72.7%
100.0%
% within JLH8
16.7%
44.4%
30.6%
8.3%
22.2%
30.6%
30
20
50
% within KH2
60.0%
40.0%
100.0%
% within JLH8
83.3%
55.6%
69.4%
% of Total
41.7%
27.8%
69.4%
36
36
72
% within KH2
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Ya
Kasus
Count
Count
% of Total
3. Mencuci handuk disatukan sesama teman
KH3 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KH3
Tidak
Count
Kasus
Total
31
24
55
% within KH3
56.4%
43.6%
100.0%
% within JLH8
86.1%
66.7%
76.4%
% of Total
43.1%
33.3%
76.4%
Universitas Sumatera Utara
Ya
Count
5
12
17
% within KH3
29.4%
70.6%
100.0%
% within JLH8
13.9%
33.3%
23.6%
6.9%
16.7%
23.6%
36
36
72
% within KH3
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Total
Count
% of Total
4. Menggunakan handuk bergantian sesama teman
KH4 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KH4
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
27
7
34
% within KH4
79.4%
20.6%
100.0%
% within JLH8
75.0%
19.4%
47.2%
% of Total
37.5%
9.7%
47.2%
9
29
38
% within KH4
23.7%
76.3%
100.0%
% within JLH8
25.0%
80.6%
52.8%
% of Total
12.5%
40.3%
52.8%
36
36
72
% within KH4
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
Universitas Sumatera Utara
5. Menjemur handuk dibawah terik matahari
KH5 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KH5
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
12
17
29
% within KH5
41.4%
58.6%
100.0%
% within JLH8
33.3%
47.2%
40.3%
% of Total
16.7%
23.6%
40.3%
24
19
43
% within KH5
55.8%
44.2%
100.0%
% within JLH8
66.7%
52.8%
59.7%
% of Total
33.3%
26.4%
59.7%
36
36
72
% within KH5
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% of Total
6. Menggunakan handuk yang kering
KH6 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KH6
Tidak
Ya
Count
Kasus
Total
11
16
27
% within KH6
40.7%
59.3%
100.0%
% within JLH8
30.6%
44.4%
37.5%
% of Total
15.3%
22.2%
37.5%
25
20
45
% within KH6
55.6%
44.4%
100.0%
% within JLH8
69.4%
55.6%
62.5%
% of Total
34.7%
27.8%
62.5%
Count
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
36
36
72
% within KH6
50.0%
50.0%
100.0%
% within JLH8
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
1. Sprei digunakan untuk tidur bersama-sama
KTTS1 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTTS1
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
18
14
32
% within KTTS1
56.3%
43.8%
100.0%
% within JLH8
50.0%
38.9%
44.4%
% of Total
25.0%
19.4%
44.4%
18
22
40
% within KTTS1
45.0%
55.0%
100.0%
% within JLH8
50.0%
61.1%
55.6%
% of Total
25.0%
30.6%
55.6%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% within KTTS1
% within JLH8
% of Total
2. Tidur ditempat tidur sendiri
KTTS2 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTTS2
Tidak
Count
Kasus
Total
6
11
17
% within KTTS2
35.3%
64.7%
100.0%
% within JLH8
16.7%
30.6%
23.6%
8.3%
15.3%
23.6%
% of Total
Universitas Sumatera Utara
Ya
Total
Count
30
25
55
% within KTTS2
54.5%
45.5%
100.0%
% within JLH8
83.3%
69.4%
76.4%
% of Total
41.7%
34.7%
76.4%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% within KTTS2
% within JLH8
% of Total
3. Teman pernah tidur ditempat tidur anda sendiri
KTTS3 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTTS3
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
15
4
19
% within KTTS3
78.9%
21.1%
100.0%
% within JLH8
41.7%
11.1%
26.4%
% of Total
20.8%
5.6%
26.4%
21
32
53
% within KTTS3
39.6%
60.4%
100.0%
% within JLH8
58.3%
88.9%
73.6%
% of Total
29.2%
44.4%
73.6%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% within KTTS3
% within JLH8
% of Total
Universitas Sumatera Utara
4. Menjemur kasur sekali seminggu
KTTS4 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTTS4
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
8
28
36
% within KTTS4
22.2%
77.8%
100.0%
% within JLH8
22.2%
77.8%
50.0%
% of Total
11.1%
38.9%
50.0%
28
8
36
% within KTTS4
77.8%
22.2%
100.0%
% within JLH8
77.8%
22.2%
50.0%
% of Total
38.9%
11.1%
50.0%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% within KTTS4
% within JLH8
% of Total
5. Mengganti sprei sekali seminggu
KTTS5 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTTS5
Tidak
Ya
Count
Kasus
Total
3
30
33
% within KTTS5
9.1%
90.9%
100.0%
% within JLH8
8.3%
83.3%
45.8%
% of Total
4.2%
41.7%
45.8%
33
6
39
% within KTTS5
84.6%
15.4%
100.0%
% within JLH8
91.7%
16.7%
54.2%
% of Total
45.8%
8.3%
54.2%
Count
Universitas Sumatera Utara
Total
Count
% within KTTS5
% within JLH8
% of Total
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
6. Mencuci sprei disatukan sesama teman
KTTS6 * JLH8 Crosstabulation
JLH8
Kontrol
KTTS6
Tidak
Ya
Total
Count
Kasus
Total
28
10
38
% within KTTS6
73.7%
26.3%
100.0%
% within JLH8
77.8%
27.8%
52.8%
% of Total
38.9%
13.9%
52.8%
8
26
34
% within KTTS6
23.5%
76.5%
100.0%
% within JLH8
22.2%
72.2%
47.2%
% of Total
11.1%
36.1%
47.2%
36
36
72
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count
% within KTTS6
% within JLH8
% of Total
Universitas Sumatera Utara
Informasi dokumen
Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011 8 Prognosis. Lingkungan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren 1. Sarana Air Bersih Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren Hubungan kebersihan Kulit dengan kejadian scabies Gejala Klinis Skabies Klasifikasi Skabies Hubungan Kebersihan Handuk dengan kejadian Skabies Hubungan Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei dengan Kejadian Skabies Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian scabies Hubungan Kebersihan Genitalia dengan kejadian scabies Kebersihan tangan dan kuku Kebersihan Genitalia Kebersihan Tangan dan Kuku Kebersihan Genitalia Kebersihan Pakaian Kebersihan Handuk Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Kelembaban Tidak memenuhi syarat apabila 40 atau 70 2. Memenuhi syarat apabila 40 - 70 Ventilasi Tidak memenuhi syarat apabila 10 dari luas lantai Kepadatan hunian ruang tidur Padat 4 meter persegipenghuni Kepmenkes RI No. 829MenkesSKVII1999, Tentang Persyaratan Kesimpulan Ya b. Tidak Manfaat Penelitian Personal Hygiene Kebersihan Kulit Patogenesis. Cara Penularan. PENDAHULUAN Pencahayaan Jamban Sarana Pembuangan Kotoran Pencahayaan Ruang Tidur Ventilasi Pengertian Skabies Etiologi PENDAHULUAN Penyediaan air Bersih Jamban Pesantren Hipotesis Penelitian Kepadatan Penghuni Sampel Data Primer Variabel Dependen Ventilasi ruang tidur Sarana Air Bersih Jamban Sarana pembuangan kotoran Sarana Pembuangan sampah Ventilasi Kelembaban Pencahayaan PENDAHULUAN
Dokumen baru