Telaah atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd dan Mohammed Arkoun
Teks penuh
Dokumen terkait
Sebagai agressor, karena mereka adalah orang yang mempunyai kepentingan (harapan-harapan) dari wacana yang mereka dengungkan. Tetapi mereka juga korban sekaligus, karena mereka
Menurutnya proses turunnya wahyu sebagai proses komunikasi yang ditempatkan dalam konteks budaya bangsa Arab pada saat itu, dan melalui dua tahapan yakni pertama, tahap
( tidak ada teks yang terbebas dari konteks historis. Sebagai teks, al-Qur‘an pun tidak terkecuali, karena itu ia selalu menjadi subjek interpretasi. Sehingga,
Sister in Islam (1999) menyatakan pembahagian harta pusaka menurut konsep faraid perlu dikaji semula. Ini tidak bermakna mereka menolak konsep faraid. Mereka percaya terdapat
Dan ketiga unsur tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, karenanya paradigma besar dari konsep yang ditawarkan oleh Nasr Hamid adalah teks al-Qur’an tidak
Melalui dasar-dasar yang ia paparkan dalam masalah teks al-Qur’an, kemudia ia menegaskan pandangan nya bahwa teks al-Qur’an merupakan produk budaya, hal ini tidak lepas
ketika wahyu diturunkan sangat tidak mendukung, budaya arab yang berlaku ketika itu adalah sebuah tradisi bi al-lisa<n sehingga teks al-Qur’an yang sangat panjang
Peminjamannya dari dialektika hermeneutika Gadamer diarahkan untuk pengkajian teks al-Qur’an, di mana di dalamnya dia mencoba melakukan pembacaan atau lebih tepatnya pembacaan ulang