PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
Gratis
4
35
82
2 years ago
Preview
Full text
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN DAN HASIL
BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester
Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok
Ciri-ciri Makhluk Hidup)
Oleh
MILA VANALITA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan komunikasi lisan dan hasil belajar
aspek kognitif siswa.
Penelitian ini menggunakan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Sampel
penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII B yang dipilih dari populasi secara
purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif berupa rata-rata nilai kemampuan komunikasi lisan siswa dan angket
tanggapan siswa yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari
rata-rata nilai pretes, postes dan gain, kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan uji-t dan uji U pada taraf kepercayaan 0,05.
Mila Vanalita
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata siswa kelas eksperimen memiliki
kemampuan komunikasi lisan dengan kriteria baik (81,48± 5,13). Dalam setiap
aspek kemampuan komunikasi lisan rata-rata siswa (menunjukkan etika,
kesediaan menghargai pendapat orang lain, kelancaran, pemahaman isi materi dan
penggunaan bahasa) yang baik. Siswa menunjukkan etika berbicara dengan
kriteria “baik” (77,16± 6,11) dengan mengucapkan salam dan terimakasih ketika
mengawali dan mengakhiri pembicaraan. Siswa menunjukkan kesediaan
menghargai pendapat orang lain dengan kriteria “baik” (80,86± 0,87) dengan
mendengarkan dengan seksama pendapat siswa lain dan ketika terjadi perbedaan
pendapat mereka tidak saling memaksakan pendapatnya, melainkan bersamasama mendiskusikan perbedaan tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang
padu. Siswa memiliki pemahaman isi materi dengan kriteria “sangat baik”
(87,04± 0,87) sehingga dapat menyampaikan materi dengan kelancaran yang
berkriteria “baik” (86,42± 5,24), tidak terbata-bata serta penggunaan bahasa
dengan kriteria “baik” (75,93± 6.11) yaitu dengan berbahasa yang baik dan benar
sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hasil belajar siswa mengalami
peningkatan, dengan rata-rata nilai gain berkriteria baik (0,57± 0,18). Sebagian
besar siswa (96,30 %) memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dengan demikian, model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
lisan dan hasil belajar siswa.
Kata kunci : hasil belajar, komunikasi lisan, pembelajaran kooperatif Jigsaw
ARUH MOD
DEL PEMB
BELAJAR
RAN KOOP
PERATIF T
TIPE JIGSA
SAW
PENGA
TER
RHADAP KEMAMPU
K
UAN KOM
MUNIKASI LISAN DA
AN HASIL
L
SISWA
B
BELAJAR
(Studi Eksperimeen Pada Sisswa Kelas VII
V SMP Negeri
N
3 Naatar Semestter
Genap Tahun Pelajaran 2013
3/2014 Padaa Materi Pookok
Ciri--ciri Makhlluk Hidup))
(Skripsi)
Oleh
h
Mila Van
nalita
FAKULT
TAS KEGU
URUAN DA
AN ILMU PENDIDIK
KAN
UNIV
VERSITAS LAMPUNG
BA
ANDAR LA
AMPUNG
2014
4
PENGA
ARUH MOD
DEL PEMB
BELAJAR
RAN KOOP
PERATIF T
TIPE JIGSA
SAW
TER
RHADAP KEMAMPU
K
UAN KOM
MUNIKASI LISAN DA
AN HASIL
L
B
BELAJAR
SISWA
(Studi Eksperimeen Pada Sisswa Kelas VII
V SMP Negeri
N
3 Naatar Semestter
Genap Tahun Pelajaran 2013
3/2014 Padaa Materi Pookok
Ciri--ciri Makhlluk Hidup))
h
Oleh
M
MILA
VAN
NALITA
Skripsi
Sebagai Salah Saatu Syarat untuk Men
ncapai Gelaar
SARJJANA PEN
NDIDIKAN
N
Pada
a
Program
m Studi Pend
didikan Bioologi
Ju
urusan Pen
ndidikan Matematika
M
dan Ilmu Pengetahua
P
an Alam
FAKULT
TAS KEGU
URUAN DA
AN ILMU PENDIDIK
KAN
UNIV
VERSITAS LAMPUNG
BA
ANDAR LA
AMPUNG
2014
4
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidowaras pada tanggal 3 Juni 1993,
merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan Bapak Maknudin dan Ibu Ratna Wati. Tempat
tinggal penulis di Kelurahan Sidowaras, Kecamatan
Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. (CP: 085768804116)
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri Sidowaras (1998-2004),
SMP Negeri 2 Bumiratu Nuban (2004-2007), SMA Negeri 3 Metro (2007-2010).
Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar dan Struktur Perkembangan
Tumbuhan serta menjadi Finalis Lomba Mikroteaching Nasional dalam rangka
BFUB IV di Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Sumberjaya dan Kuliah Kerja
Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Sindang Pagar, Kecamatan
Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013.
MOTTO
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Niscaya akan menjadikan
baginya kemudahan dalam (semua) urusannya
(Ath-Thalaq 65:4)
“Jika kau memandang orang yang lebih tua, ingatlah dia lebih banyak
amal ibadahnya dari pada kau. Jika kau memandang orang yang lebih
muda, ingatlah dia lebih sedikit dosanya dari pada kau”
(Al-Manshurin)
Kesuksesan tidak ada yang datang dengan serta-merta. Melewati
proses yang panjang dan membutuhkan perjuangan. Kesabaran adalah
syaratnya, Keikhlasan adalah nyawanya dan Rasa Syukur adalah
obatnya.
(Deassy M. Destiani)
Sukses itu datang di tempat dan waktu yang tepat
(Dr.Tri Jalmo, M.Si)
Ketika kamu merasa gagal, hal yang perlu kamu lakukan adalah
bersabar, bersujud kepada-Nya, dan bersyukur karena Dia
membuatmu menjadi pribadi satu tingkat lebih kuat
(Mila Vanalita)
PERSEMBAHAN
WxÇztÇ `xÇçxuâà atÅt TÄÄÉ{ çtÇz `t{t cxÇztá|{ Ätz|
`t{t cxÇçtçtÇz
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap puji syukur
kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan
nikmat-Nya, dengan kerendahan hati ku persembahkan
karya kecil ini untuk :
Ibuku (Ratna Wati) dan Bapakku (Maknudin) yang telah menjadi cahaya hidupku Yang
selalu memanjatkan do’a untuk putri tercinta dalam setiap sujudnya. Karenamu diri ini ada,
karena cinta dan kasih sayangmu diri ini tumbuh dalam balutan cinta dan kasih sayang
Allah.
Adikku tersayang Hanivan Maulana.
Semoga kita bisa membanggakan keluarga ini terutama Ibu dan Bapak
Om terbaikku Edi Gunarto yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta inspirasi yang
menjadikanku berani untuk mewujudkan mimpi-mimpiku
Para pendidik dan dosen yang terhormat
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridha-Nya sehingga skripsi dengan judul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN DAN HASIL BELAJAR
SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester
Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup)”
dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2.
Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3.
Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4.
Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas saran-saran dan motivasi
yang sangat berharga dan telah memberikan bimbingan dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
5.
Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian
skripsi ini;
6.
Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembahas atas saran-saran dan motivasi
yang sangat berharga;
7.
Dra. Ros Lili Budiarti, selaku kepala sekolah, ibu Yenni Yunartin, S.Pd.
selaku guru mitra, seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII A dan
VII B SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan atas kerjasamanya yang baik;
8.
Teristimewa keluarga besar Eyang Kakung dan Eyang Putri atas semua do’a,
dukungan, nasehat yang telah diberikan;
9.
Sahabat ku Sarvia Trisniati, Dira Tiara, Erni Oftika, Arinta Winsi, Sisca
Puspita Sari Nasution, Qurratu A’ini Naima, Sefty Goestira, Eli Komariah,
Kartika Ayu Wulandari, Marettha Ania dan yang tidak bisa disebut satu
persatu atas semangat, motivasi dan kebersamaan yang telah kita jalani
selama ini;
10. Keluarga Al-Mansurin Yuni Purwaningsih, Sylvia Farantika dan Teristimewa
Agustina Dwi Jayanti, yang telah memberi warna-warni yang begitu indah
dalam episode kehidupanku;
11. Teman-teman KKN-PPL, terima kasih untuk semangat perjuangan dan
kerjasamanya;
12. Kakak tingkat, teman seperjuangan dan semua pihak yang membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandarlampung,
Penulis
Mila Vanalita
Agustus 2014
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang .....................................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pikir ......................................................................................
Hipotesis Penelitian...............................................................................
1
5
5
5
6
7
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ......................................
B. Hasil Belajar Kognitif ..........................................................................
C. Kemampuan Komunikasi Lisan ..........................................................
10
19
23
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian ................................................................................
Jenis dan Teknik Pengambilan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................
41
41
41
42
51
55
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................
xiii
61
67
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
77
77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
79
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Silabus ...................................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .....................................................
Lembar Kerja Siswa (LKS)..................................................................
Pretes dan Postes ..................................................................................
Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw ........................................................................
6. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan .............................
7. Foto-Foto Penelitian ............................................................................
8. Surat-surat Penelitian ............................................................................
xiv
84
88
99
131
142
143
147
152
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Sintaks/fase-fase pembelajaran kooperatif.............................................. 12
2. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa ..................... 53
3. Keterangan aspek penilaian kemampuan komunikasi lisan siswa .......... 53
4. Angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ............................................................................. 54
5. Kriteria tingkat kemampuan komunikasi lisan siswa .............................. 58
6. Skor Per Jawaban Angket ....................................................................... 59
7. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw....................................................... 59
8. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw....................................................... 60
9. Kemampuan komunikasi lisan siswa ...................................................... 61
10. Hasil statistik terhadap rata-rata nilai pretes, postes, dan Gain .............. 63
11. Hasil analisis rata-rata Gain setiap indikator hasil belajar siswa ............ 64
12. Peningkatan setiap indikator hasil belajar siswa ..................................... 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ........................ 8
2. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli ............................. 17
3. Desain pretest – posttest kelompok tak ekuivalen ................................. 42
4. Kemampuan komunikasi lisan siswa ...................................................... 62
5. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw............................................................................................... 66
6. Contoh jawaban siswa untuk indikator C1.............................................. 74
xvi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam suatu bangsa salah
satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Depdiknas, 2003: 1). Dengan demikian, tujuan dari pendidikan tidak
hanya mencakup pada pengembangan intelektualitas, tetapi juga bertujuan
untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai kegiatan terutama
melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan siswa, diantara keduanya terjadi komunikasi
(transfer) yang intens dan terarah dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan (Trianto, 2009:108). Dengan demikian, tujuan pembelajaran
dapat terwujud apabila proses pembelajaran berjalan dengan baik dan terarah.
2
Kenyataan yang dijumpai saat ini bahwa proses pembelajaran di Indonesia
belum optimal. Hal ini terungkap dalam hasil Trend in Mathematics and
Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII tahun 2011,
menunjukkan bahwa untuk bidang IPA Indonesia berada di urutan ke-40
dengan skor 406 dari 42 negara yang ikut berpartisipasi dalam tes. Skor tes
IPA Indonesia ini tururn 21 angka dibandingkan TIMSS 2007
(Napitupulu, 2013: 1). Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas
pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Berikutnya yang sering dijumpai yaitu dalam proses pembelajaran di sekolah,
siswa yang pasif lebih mendominasi dibandingkan dengan siswa yang aktif
berbicara misalnya dalam hal mengkomunikasikan informasi melalui kegiatan
presentasi, ataupun bertanya dan menyampaikan pendapat selama proses
diskusi. Hal ini masih menjadi masalah klasik dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Ketika sesi tanya jawab, hanya sebagian kecil siswa yang bertanya
atau menanggapi terhadap presentasi yang disampaikan. Hal ini karena
berbicara di depan umum atau menyampaikan pendapat dalam proses diskusi
masih dianggap hal yang menakutkan bagi siswa. Sehingga siswa menjadi
tidak aktif, kemampuan komuniksi lisan siswa tidak terlatih dengan baik.
Rendahnya kemampuan komunikasi lisan dan hasil belajar aspek kognitif
siswa juga terjadi di tingkat sekolah menengah pertama. Hasil wawancara
dengan guru IPA dan pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran
IPA di SMP Negeri 3 Natar, diperoleh informasi bahwa kemampuan
komunikasi lisan siswa belum dikembangkan. Diketahui bahwa selama proses
pembelajaran guru belum mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran
3
yang berpusat pada siswa. Selama proses pembelajaran guru sering
menggunakan metode diskusi yang kurang interaktif, sebagian kecil saja
siswa yang bersedia menyampaikan pendapatnya ketika proses diskusi
berlangsung, hal ini dikarenakan siswa cenderung malu dan belum memiliki
kepercayaan diri untuk mengungkapkan pikirannya sehingga pembelajaran
membuat siswa bosan dan akhirnya pencapaian hasil belajar kognitif siswa
menjadi rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu alternatif
model pembelajaran yang interaktif dan efektif sehingga meningkatkan
kemampuan komunikasi lisan siswa dalam belajar yang dapat memberikan
dampak positif terhadap hasil belajar kognitif siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu alternatifnya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif yang diduga bisa digunakan salah satunya adalah model
pembelajaran tipe Jigsaw. Model pembelajaran tipe Jigsaw ini lebih
menekankan pada pentingnya interaksi dan kerjasama dalam suatu tim. Selain
itu Jigsaw menuntut kemandirian dan tanggung jawab setiap siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa dituntut
untuk benar-benar memahami pembelajarannya sendiri yang mana nantinya
akan disampaikan pada orang lain. Menurut Isjoni (2010: 54) model
pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mengaktifkan seluruh siswa dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Sedangkan menurut Slavin (dalam Rohaeni 2013:3) esensi dari
model pembelajaran Jigsaw yaitu pembelajaran dimana setiap siswa dalam
kelompok memiliki datu penggalan informasi yang masing-masing berbeda
4
dan bertanggung jawab untuk mengajarkannya kembali kepada teman-teman
satu kelompoknya. Setelah seluruh ambaran informasi bergabung, siswa telah
memiliki puzzle utuh yang disebut “Jigsaw”. Tanggung jawab yang
dibebankan kepada siswa akan membuat siswa termotivasi untuk belajar
dengan bersungguh-sungguh dan menuntut siswa untuk mengkomunikasikan
hasil belajarnya kepada teman-temannya.
Hasil penelitian Melizawati (2011: 43) mengenai model pembelajaran tipe
Jigsaw menyatakan bahwa penggunaan model Jigsaw berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi oleh siswa SMA Negeri 1
Tanjungbintang. Begitu juga dengan penelitian Yati (2008: 33) yang
mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan
aktivitas dan penguasaan konsep materi oleh siswa. Selain itu berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Maya (2013: 87) pada siswa SMP Negeri 1
Lembang diketahui bahwa kemampuan komunikasi lisan siswa dapat dinilai
dengan menggunakan Peer Assesment pada model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw pada materi pencemaran lingkungan. Merujuk pada hasil
penelitian tersebut diduga model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
diterapkan dalam pembelajaran sub materi ciri-ciri makhluk hidup untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Lisan dan Hasil Belajar Siswa”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terhadap kemampuan komunikasi lisan siswa pada materi pokok ciri-ciri
makhluk hidup?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi pokok
ciri-ciri makhluk hidup?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap
kemampuan komunikasi lisan siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk
hidup.
2. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar
aspek kognitif siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga
sebagai calon guru biologi yang profesional, dan untuk perbaikan
pembelajaran pada masa yang akan datang.
6
2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan
komunikasi lisan siswa.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan
komuniksai lisan siswa.
4. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,
maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut :
1. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Natar
tahun pelajaran 2013/2014 dengan subjek penelitian siswa kelas VIIB
sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIA sebagai kelompok kontrol
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran
kooperatif yang mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari beberapa orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntaasan
bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends dalam Amri
dan Ahmadi, 2010: 94-95).
7
3. Materi pokok pada penelitian ini adalah Ciri-ciri Makhluk Hidup di kelas
VII semester 2 dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi Ciri-ciri
Makhluk Hidup (KD 6.1)”.
4. Hasil belajar dalam penelitian ini berupa aspek kognitif yang terdiri dari 6
kategori yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
5. Indikator kemampuan berkomunikasi lisan yang diamati terdiri beberapa
aspek antara lain (1) etika, (2) kesediaan menghargai pendapat orang lain,
(3) kelancaran, (4) pemahaman isi materi, (5) bahasa.
F. Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran biologi terdapat banyak sekali konsep-konsep ilmiah yang
saling berhubungan yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam. Strategi yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa dalam
pelajaran biologi
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Setiap siswa dituntut untuk benar-benar memahami satu sub
materi dengan bekerja sama dengan teman-temannya dalam kelompok ahli
dengan sub materi yang sama. Setelah itu siswa bertanggung jawab untuk
menyampaikan kembali sub materi kepada teman-temannya yang berada
dalam kelompok asal yang terdiri dari sub materi yang berbeda. Siswa
8
mengkomunikasikan sub materi kepada siswa lain guna membangun
pengertian/pemahaman yang padu. Dengan tanggung jawab yang dibebankan
kepada siswa akan membuat siswa termotivasi untuk belajar dengan
bersungguh-sungguh dan menuntut siswa untuk mengkomunikasikan hasil
belajarnya kepada teman-temannya. Dengan langkah-langkah yang dilakukan
dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kemampuan berkomunikasi
lisan siswa dapat terlatih dan meningkat dengan baik. Apabila kemampuan
komunikasi lisan siswa terlatih dengan baik maka siswa dapat menyampaikan
informasi yang diperolehnya dengan efektif kepada temannya. Sehingga hasil
belajar aspek kognitif siswa akan lebih meningkat.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan menggunakan dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian untuk mengetahui hasil belajar kognitif dan kemampuan komunikasi
lisan siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi
pokok ciri-ciri makhluk hidup. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini
digambarkan dalam diagram berikut:
Keterangan: X = model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; Y1 =
kemampuan komunikasi lisan siswa; Y2 = hasil belajar kognitif
siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
9
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa.
2. Ho = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi
pokok ciri-ciri makhluk hidup.
H1 = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi pokok ciriciri makhluk hidup.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
mengkondisikan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaborasi yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi
yang disampaikan oleh guru (Slavin, 2008: 8). Demikian pula, Rusman
(2012: 202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Model pembelajaran kooperatif seperti yang dinyatakan Amri &
Ahmadi (2010: 90) merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.
Terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif menurut Nur (2005: 3) adalah sebagai berikut: (1) Penghargaan
kelompok; pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapi kriteria yang telah ditentukan oleh penampilan
11
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar
personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli, (2)
Pertanggungjawaban individu; keberhasilan kelompok tergantung dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada
aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan seiap anggota siap
untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya tanpa bantuan teman
sekelompoknya, dan (3) Kesempatan yang sama untuk mencapai
keberhasilan; pembelajaran kooperatif metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini baik yang
berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan
untuk berhasil dan melakukan yang terbaik pada kelompoknya.
Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan
pembelajaran kooperatif . Oleh karena itu, menurut Johnson (dalam Tran,
2012 : 2) terdapat lima elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif . Kelima
elemen dasar tersebut dinyatakan sebagai berikut: (1) Saling ketergantungan
positif, (2) Interaksi promotif, (3) Tanggung jawab perorangan, (4)
Keterampilan interpersonal dan sosial, dan (5) Kualitas antar anggota
kelompok.
12
Menurut Jauhar (2011: 54), pembelajaran kooperatif memiliki sintaks/fasefase sebagai berikut:
Tabel 1. Sintaks/fase-fase pembelajaran kooperatif
Fase
1. Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompokkelompok belajar
4. Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
Peran Guru
Menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan cara demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Menjelaskan kepada siswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
Membimbing kelompok dalam belajar,
yaitu pada saat mereka mengerjakan
tugas
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari kelompok
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Memberi pengharagaan kepada
individu ataupun kelompok yang
mendapatkan hasil yang baik. Misalnya
dengan memberi hadiah
Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugastugas akademiknya (Trianto, 2009: 59). Menurut Johnson (dalam Eggen dan
Kauchak, 2012: 153) siswa yang bekerja sama di dalam kelompok kooperatif
mengasah keterampilan sosial mereka, menerima siswa dengan kemampuan
kesulitan belajar, dan membangun persahabataan dan sikap positif terhadap
orang lain yang memiliki prestasi, etnisitas, dan gender berbeda. Hal lain
yang mendukung adalah pernyataan Trianto (2009: 60) bahwa di dalam
proses pembelajaran kooperatif akan memberikan peluang kepada siswa yang
13
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Poin penting dalam pembelajaran kooperatif menurut Johnson and Johnson
(dalam Kam-wing, 2004: 2) adalah pembelajaran kooperatif merupakan
praktek instruksional dimana siswa saling membantu satu sama lain untuk
belajar di dalam kelompok kecil menuju tujuan bersama. Sedangkan menurut
Eggen dan Kauchak (2012: 136) pembelajaran kooperatif dipandang sebagai
strategi mengajar yang memberikan peran terstruktur bagi siswa seraya
menekankan interaksi siswa-siswa. Menurut pendapat Ratumanan (dalam
Trianto, 2009: 62) interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
siswa. Lebih lanjut Slavin (dalam Rusman, 2012: 201) menerangkan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif dibolehkan terjadinya pertukaran ide dan
pemeriksaan ide sendiri dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif
menjadikan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai
jempatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan
siswa sendiri. Guru tidak banyak memberikan pengetahuan kepada siswa,
tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung untuk
menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Menurut Rusman (2012:213-225) ada beberapa variasi jenis model dalam
pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran
14
kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut adalah model STAD
(Student Teams Achievement Division), model Jigsaw, investigasi kelompok
(Group Investigation), model Make a Match (Membuat Pasangan), model
TGT (Teams Games Tournaments), dan model struktural.
Model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa aktif dalam
pembelajaran dan sudah banyak digunakan dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw ini pertama kali dikembangkan
dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai
model pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara (Amri dan Ahmadi,
2010: 94).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran
kooperatif yang mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari beberapa orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntaasan bagian
materi pembelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends dalam Amri dan Ahmadi, 2010:
94-95). Lebih lanjut Lie (2008: 75) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan
15
salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak
riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar
Jigsaw. Riset tersebut menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam
pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih
baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap
pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang
lain.
Sementara itu Aronson dkk (dalam Darnon dan Desbar. 2011: 443)
menyebutkan kelas Jigsaw karena seperti puzzle Jigsaw yang membagi
materi akademik menjadi potongan-potongan menjadi informasi yang
berbeda-beda. Mereka melibatkan 3 aspek dalam metode Jigsaw. Ketiga
aspek tersebut dinyatakan yaitu pertama, dibentuk suatu kelompok yang
terdiri dari 3-5 siswa. Masing-masing siswa ditugaskan mempelajari satu
bagian sub materi dan diharapkan dapat menjadi “ahli” untuk sub materi
tersebut. Untuk tujuan ini, siswa akan mempunyai kesempatan untuk
mendiskusikan keahlian sub materi mereka dengan siswa lain yang bukan
merupakan kelompok asal, tetapi mereka mendiskusikan sub materi yang
sama. Kelompok diskusi ini disebut dengan kelompok ahli. Akhirnya, setiap
murid mempresentasikan laporan yang telah mereka pelajari ketika berada di
kelopok ahli kepada siswa yang berada di kelompok asal mereka.
16
Langkah langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu
sebagai berikut; (1) siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang, (2) guru memberikan materi pelajaran yang
akan diajarkan dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa
sub bab, 3) setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya, (4) anggota dari kelompok lain
yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompokkelompok ahli untuk mendiskusikannya, (5) setiap anggota kelompok ahli
setelah kembali ke kelompok asal bertugas mengajar teman-temannya, (6)
pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu (Trianto, 2007: 57).
Sementara itu Rusman (2012:219) merumuskan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam pembelajaran model Jigsaw sebagai berikut:
1. Melakukan membaca untuk menggali informasi
Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga
mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli
Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu
dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang
didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
17
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam
siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut dengan
kelompok asal. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama
belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam
kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama,
serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali kekelompok asal. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing
kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan (Amri dan
Ahmadi, 2010: 96-98).
Hubungan yang terjadi antar kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
oleh Arrends dalam Ainy (2000:15) sebagai berikut:
α
λ
β
π
α
λ
β
π
α
λ
β
π
α
λ
β
π
α
α
α
α
β
β
β
β
λ
λ
λ
λ
π
π
π
π
Gambar 2. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
Arrends dalam Ainy (2000:15)
18
Interaksi kooperatif yang terjadi dalam pembelajaran model Jigsaw
menunjukkan beberapa pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian oleh Jhonson (dalam Rusman, 2012: 219)
tentang pengaruh positif dari pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pengaruh
positif tersebut adalah (1) meningkatkan hasil belajar; (2) meningkatkan daya
ingat; (3) dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; (4)
mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); (5)
meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen; (6) meningkatkan
sikap anak yang positif terhadap sekolah; (7) meningkatkan sikap positif
terhadap guru; (8) meningkatkan harga diri anak; (9) meningkatkan perilaku
menyesuaian social yang positif; dan (10) meningkatkan keterampilan hidup
bergotong-royong.
Sebagai salah satu model pembelajaran yang kooperatif, Jigsaw mempunyai
kelebihan-kelebihan menurut Budiningarti (dalam Pratiwi, 2009: 57) yaitu
sebagai berikut: (1) Dapat mengembangkan hubungan antara pribadi positif
diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda, (2) Menerangkan
bimbingan secara teman, (3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi, (4)
Memperbaiki kehadiran, (5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih
besar, (6) Sikap apatis berkurang, (7) Pemahaman materi lebih mendalam, (8)
Meningkatkan motivasi belajar. Jigsaw merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif yang fleksibel, namun metode ini juga mempunyai
kelemahan. Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu
sebagai berikut: (1) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu
menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok masing-
19
masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet. (2) Jika jumlah anggota
kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya
membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas yang pasif dalam diskusi. (3)
Membutuhkan waktu yang lebih lama apabila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik.
B. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar. Hasil pembelajaran dapat dibedakan atas: pengetahuan,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom
(dalam Sudijono, 2005: 49) berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan)
tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu pada 3 jenis domain (daerah
binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) ranah
proses berfikir (cognitive domain), (2) ranah nilai sikap (affective domain),
dan (3) ranah keterampilan motorik (psikomotor). Sehingga secara
keseluruhan peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
pelajaran yang telah diberikan. Selain itu definisi hasil belajar menurut
Abdurrahman (2003 :38) yaitu kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar.
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Anderson (dalam Khoerul, 2012: 1) menguraikan dimensi proses kognitif
pada taksonomi Bloom revisi yang mencakup:
20
1. menghafal (remember), yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang, yang mencakup dua macam proses kognitif
mengenali dan mengingat
2. memahami (understand), yaitu mengkonstruk makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan
pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa,
yang mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting),
memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying),
meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan
(comparing), dan menjelaskan (explaining)
3. mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu prosedur guna
meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses
kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan
(implementing)
4. menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek
ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar
unsur-unsur tersebut, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan
(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan
tersirat (attributing)
5. mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif:
memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing)
21
6. membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu
bentuk kesatuan, yang mencakup tiga proses kognitif: membuat
(generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.
Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajarmengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa
setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal. Keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Gagne (dalam Dimyati dan
Mujiono, 2002:10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut merupakan
kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi
verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,
konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
22
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku ke
arah lain dari tingkah laku sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Winkel (dalam Amrina, 2004) bahwa adanya perubahan
dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya belajar. Makin
banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi.
Kemampuan kognitif, kemampuan sensorik, kemampuan psikomotor dan
kemampuan dinamik, semua pengubahan dibidang itu merupakan hasil
belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku.
Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil
belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,
ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada
akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran
yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil
belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal
ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar
tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru,
hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak
mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk
memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
23
Tinggi rendahnya hasil belajar kognitif siswa dapat diketahui melalui
pedoman penilaian. Menurut Arikunto (2008: 245), bila nilai siswa ≥ 66 maka
dikategorikan baik. Bila 55 ≤ nilai siswa <66 maka dikategorikan cukup baik.
Bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2007:214).
Selain itu, tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Djamarah (2008: 176-177) menjelaskan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar. Faktor utamanya adalah
faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi proses serta
hasil belajar meliputi lingkungan serta instrumental. Lingkungan yang
dimaksud disini adalah lingkungan alami serta lingkungan sosial budaya.
Faktor instrumental antara lain kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta
guru. Sedangkan untuk faktor dalam yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar antara lain fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi
kondisi fisiologis dan kondisi pancaindra. Sedangkan faktor psikologis antara
lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi serta kemampuan kognitif.
C. Kemampuan Komunikasi Lisan
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital
dalam kehidupan manusia. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin
“communis” yang berarti “bersama. Sedangkan menurut kamus, definisi
komunikasi dapat meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagai informasi
atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pemikiran, informasi, atau
yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan (Hutagalung. 2007: 65).
24
Komunikasi bersifat kompleks dan merupakan proses pertukaran antara
beberapa orang, seperti yang dinyatakan Johnstone, et.al (2012 : 2) bahwa
komunikasi dapat didefinisikan dalam bermacam-macam cara tergantung
pada pengaturan, konteks, sifat atau fokus studi, lingkungan, atau lingkungan
budaya. Sedangkan menurut Pie (dalam Johnstone, et.al .2012 : 2)
menyatakan bahwa komunikasi didasarkan pada nilai-nilai simbolik dan
dengan proses pengekspresian yang berbeda-beda seperti kata,
suara, bahasa tubuh, tulisan dan gambar. Semua diakumulasi menjadi
pengalaman dan ditransmisikan antara individu, generasi, zaman, ras, dan
budaya dalam beberapa bentuk seperti berbicara, menulis, bahasa tubuh atau
simbol. Dalam arti luas, bahwa sebagai bentuk komunikasi, bahasa menjadi
komponen utama dalam semua kegiatan manusia, sebagai komunitas
pemahaman antara pengirim dan penerima pesan.
Salah satu unsur komunikasi menurut Wisnuwardhani dan Mashoedi (2012:
38-90) adalah konteks. Konteks dalam komunikasi adalah lingkungan dimana
komunikasi terjadi. Lingkungan itu dapat berupa lingkungtan fisik, seperti
ruang kelas, ruang rapat dan ruang tunggu dokter yang tentunya akan
mempengaruhi topik ataupun cara berbicara orang-orang yang berkomunikasi
disana. Pengirim dan penerima pesan merupakan unsur komunikasi
berikutnya yang sangat penting dalam kominukasi. Adanya keinginan dari
pengirim untuk menyampaikan pesan kepada seseorang (dalam hal ini
penerima) memungkinkan terjadinya komunikasi. Lebih lanjut unsur
berikutnya adalah pesan yang akan disampaikan . Pesan dapat berupa pesan
verbal atau nonverbal. Pesan yang merupakan tanggapan dari penerima
25
kepada pengirim disebut umpan balik (feedback). Saluran merupakan unsur
komunikasi, yaitu berupa media yang digunakan dalam komunikasi. Masingmasing media yang digunakan tentunya akan menimbulkan efek yang
berbeda pada penerima antara lain efek dapat berupa penambahan informasi
baru bagi seseorang (aspek kognitif), menimbulkan perasaan suka atau tidak
suka (aspek afektif), atau membuat seseorang mampu melakukan kegiatan
tertentu (aspek psikomotor).
Komunikasi melibatkan seluruh rasa, pengalaman, emosi dan kecerdasan.
Dalam istilah umum yang sederhana, proses komunikasi berupa arus pesan
melalui suatu saluran dari sumber pesan atau informasi menuju penerima
pesan. Sebelum pesan dikirim, pesan harus diwujudkan dalam bentuk
penggalan-penggalan informasi yangdikirimkan dengan menguunakan sarana
komunikasi. Ketika pesan yang dikirim sampai pada penerima, pesan terseut
harus dapat ditafsirkan. Pesan yang sampai kepada pihak penerima tidak
selalu tepat sebagaimana yang dimaksudkan oleh pihak pengirim pesan. Hal
ini disebabkan terjadinya faktor-faktor gangguan yang terjadi pada
penyusunan penggalan informasi, atau pada penafsiran pesan di pihak
penerima. Jelaslah bahwa pada komunikasi efektif unsur pemahaman dan
keselarasan memegang peranan penting didalam penyampaian suatu
informasi/pesan untuk merangsang penerima pesan agar mempunyai
pemahaman yang samadan “bergerak” dalam kerangka pemahaman,
pemikiran yang sama dengan pengirim pesan (Hutagalung. 2007: 66).
26
Menurut Darojah (2011: 21) proses komunikasi tersebut berupa transformasi
nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan.