• Tidak ada hasil yang ditemukan

Quality Product Improvement (QPI) , berkaitan dengan Quality Product Improvement ini, ada beberapa indikator kualitas produk yang perlu diperhatikan,

Dalam dokumen PROSIDING SEMNAS 2015 ok (Halaman 65-69)

in Ciamis District, Magelang City, and Sidoarjo District

F. Model Integrated Radial Cycle (Model IRC)

5) Quality Product Improvement (QPI) , berkaitan dengan Quality Product Improvement ini, ada beberapa indikator kualitas produk yang perlu diperhatikan,

ISBN 978-979-8389-21-4

65

industri makanan olahan ada yang sudah: memperoleh informasi tentang teknologi, menggunakan teknologi di tahap awal pada makanan olahan, teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran untuk memodifikasi, dan teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk memodifikasi. Dari deskripsi ini adopsi teknologi berdasarkan tingkat penggunaan adalah pada tingkat: Orientation (informasi awal), Preparation (persiapan menggunakan), Routine (rutin menggunakan), dan Refinement (menggunakan dan sudah ada pemikiran memodifikasi).

Keunggulan Produk: Lokal Tapi Global, Kebanggan Wilayah, Kreatif Dan Inovatif.

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri kecil makanan olahan dengan model daya saing (Model IRC) dan tingkat adopsi teknologi yang telah dilakukan, diharapkan dapat digunakan untuk melihat gambaran tentang keunggulan produk , yang lokal tapi global, kebanggaan wilayah, kreatif dan inovatif. Adapun produk yang diharapakan menjadi unggulan adalah: aneka kripik, produk tahu, dan aneka krupuk.

Keunggulan Produk: Keunggulan suatu produk baru merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk baru, karena sangat berkaitan dengan atribut produk seperti kualitas teknologi, penggunaan baru dan keunikannya. Keunikan produk yang merupakan indikator keunggulan produk, pada dasarnya berasal dari riset untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (orientasi pelanggan) dan melibatkan inovasi teknologi (Rachman, 2006). Keunggulan produk juga merupakan pembedaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tawaran kompetitor. Unsur keunggulan produk, misalnya keunikan, nilai dan keuntungan yang ditawarkan produsen harus dilihat dari perspektif pengguna (konsumen), yang didasarkan pada pemahaman atas kebutuhan dan keinginan konsumen, selain itu juga faktor subjektif (suka dan tidak suka) dari para pelanggan.

Produk lokal tapi global, mengandung arti produk makanan olahan ini merupakan produk yang dibuat di wilayah sentra industri, dengan menggunakan bahan baku yang ada dan dihasilkan di sekitarnya atau dalam negeri, menggunakan tenaga kerja local, tetapi mampu bersaing dengan produk dari luar atau bersaing di pasar luar negeri. Hal ini menjadi penting ditengah-tengah derasnya arus glabalisasi yang dalam waktu dekat ditandai dengan berlakunya pasar bebas ASEAN tahun 2015.

Kebanggaan wilayah, produk unggulan yang muncul dari konsep dasar dari pengembangan gerakan One village One Product (OVOP) adalah adanya interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dimana peran masyarakat sangat dominan sebagai pihak yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan produk atau potensi daerah yang dimilikinya. Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan kemampuan masyarakat hanya lebih banyak memfasilitasi dan memberikan informasi tentang potensi pasar, membantu pengembangan produk supaya lebih menarik, membantu memanfaatkan teknologi. Satu hal lagi dan menjadi sangat penting adanya insentif serta penghargaan yang mendukung sehingga lebih dapat merangsang masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan produk lainnya menjadi inovatif dan kreatif (Anonim, 2013). Dengan demikian produk unggulan yang ada di masing-masing wilayah penelitian ini diharapakan dapat menjadi kebanggaan wilayah. Hal ini juga telah banyak dilakukan di luar negeri, sehingga secara tidak langsung ada produk unggulan dari negara lain dengan nama luar negeri untuk produk yang telah masuk ke dalam negeri. Hal sebaliknya juga harus terjadi pada produk yang dihasilkan di dalam negeri, sehingga nama di kenal di luar negeri dengan nama lokal dalam negeri.

Kreatif dan inovatif, merupakan kunci dalam peningkatan kualitas produk makan olahan, sehingga menjadi produk unggulan yang mampu berkembang di

ISBN 978-979-8389-21-4

66

dalam negeri dan bersaing dipasar luar negeri. Inovasi akan menjadi keharusan dalam usaha makanan olahan, jika tak ada dilakukan inovasi maka harus siap dikalahkan pesaing, karena itu menciptakan inovasi terbaru terus dilakukan agar tetap dicari konsumen. Inovasi produk pangan penting untuk memanfaatkan bahan baku lokal. Inovasi juga dapat memicu pelaku industry kecil makanan olahan untuk menghasilkan produk yang lebih baik, berdaya saing sehingga dapat setara produk pasar global.

Kelompok makanan olahan diharapkan akan menjadi kegiatan kreatif baru, kedepan studi terhadap produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional, dengan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis (Wikipedia, 2015).

KESIMPULAN

1. Model peningkatan daya saing pada industri kecil makanan olahan yang dihasilkan adalah, Model Integrated Radial Cycle (IRC) atau model peningkatan daya saing pada industri kecil makanan olahan ini yang terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu: Innovation Actor Empowerment (IAE), Technological Development (TD), One Village One Product (OVOP), Resources Connectivity (RC), dan Quality Product Improvement (QPI) dengan membentuk model radial cycle (lingkaran).

2. Tingkat adopsi teknologi pada kegiatan industri kecil makanan olahan ada yang sudah: memperoleh informasi tentang teknologi pada makanan olahan, melakukan persiapan untuk menggunakan teknologi untuk pertama kalinya, teknologi yang digunakan masih dalam tahap berlatih dan jarang digunakan, teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran untuk memodifikasi, teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk memodifikasi, dan bekerjasama dengan rekan dalam upaya peningkatan penggunaan teknologi. Tingkat penggunaan teknologinya: orientation/ memperoleh informasi, preparation/ persiapan menggunakan, mechanical use/ tahap berlatih, routine/ rutin menggunakan, refinement/ rutin dan ada pemikiran memodifikasi, dan integration/ bekerjasama.

3. Keunggulan produk yang dimiliki industri kecil makanan olahan: aneka kripik, produk tahu, dan aneka krupuk, yang merupakan produk lokal diharapkan dapat bersaing secara global, menjadi kebanggaan wilayah, serta terus kreatif dan inovatif sehingga mampu berkembang di dalam negeri dan bersaing dipasar luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Industri Makanan dan Minuman. Buletin Industry Update. Vol 9, Mei 2012, hal 2. http://www.bankmandiri.co.id/indonesia/eriview-pdf/NFDK 01177899.pdf.

Anonim.2013.http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/49-juni-2008/426-gerak an-ovop-one-vi-llage-one-product-sebagai-upaya-peningkatan-pengembangan- daerah.html. diunduh 11/3/2013.

ISBN 978-979-8389-21-4

67

Anonim, 2014. Lokasi Industri dan Pertanian. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/ JUR. PEND.GEOGRAFI/197210242001121-

AGJA_WALUYA/GEOGRAFI_EKONOMI/ Geografi Industri.pdf.

Bank Indonesia. 2005. Hasil Penelitian Profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta.

Hakim, NF. 2006. Strategi Peningkatan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Melalui Kinerja Teknologi Informasi Dan Inovasi Teknologi (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa Konstruksi Swasta Skala Besar di Indonesia). Tesis Magister Manajemen PPS Universitas Diponegoro Semarang.

Islami, Fitrah Sari. 2014. ANALISIS POLA KLASTER, FORMASI KETERKAITAN DAN ORIENTASI PASAR (Sentra Industri Krupuk Mie Desa Harjosari Lor Kec. Adiwerna Kab. Tegal). Skripsi, FEB UNDIP Semarang.

Kemenkop dan UKM. 2011. Statistik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tahun 2010- 2011. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.

Kaplan, S.M. β000, “Innovating Professional Services”, Consultting Management,

Burlingame, May, Vol.11, Iss.1, Pg.30.

Lyon F, dan Atherton A, 2000. A Business View of Clustering: Lessons for Cluster Development Policies Foundation for SME Development. University of Durham, Durham.

Parasuraman, et al. 1996. The Behavioral Consequences of Service Quality.

Journal of Marketing.

Vol. 60, No. 2 (Apr., 1996), pp. 31-46. Published by: American Marketing Association.

Porter, M.E. 1994. Competitive Advantage: Creating & Sustaining Superior Performance. NY:Free Press.

Roper, et al. 2006. The Scottish Innovation System: Actors, Roles and Action. Aston Business School, Birmingham. s.roper@aston.ac.uk

Smith, G. 2011. Questioning the Theoretical Basis of Current Global-City Research: Structures, Networks and Actor-Networks. International Journal of Urban and Regional Research. Vol 35, Issue 1, pages 24–39, January 2011.

Tsai, W.2001. Knowledge transfer in intraorganizational networks: effects of network position and absorptive capacity on business. Journal: Academy of Management Journal, Oct 2001, Volume: 44 Issue: 5 pp.996-1004.

ISBN 978-979-8389-21-4

68

PERANAN FASILITATOR KECAMATAN DALAM PROGRAM

Dalam dokumen PROSIDING SEMNAS 2015 ok (Halaman 65-69)