• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI LOKAL

2.1. Letak Geografis Jambi

Sebelum masuknya kekuasaan Belanda ke Jambi, wilayah Jambi merupakan sebuah daerah dengan kekuasaan sultan.Kesultanan Jambi memiliki wilayah yang membentang 350 kilometer dari timur ke barat dan 220 kilometer dari utara ke selatan.21

21 J. Tideman dan P.L.F. Sigar, Djambi (Amsterdam: Koloniaal Instituut,1938),hlm.1.

104°55’ Bujur Timur.22

Pada sebelah Barat Wilayah Jambi Berbatasan langsung dengan Dataran Tinggi Minangkabau yang terletak di pegunungan Bukit Barisan.

Wilayah Selatan Kesultanan Jambi berbatasan dengan karesidenan Palembang dan Jambi mempunyai hubungan hubungan dengan karesidenan Palembang melalui Bengkulu dan Rawas, pada wilayah Utara Jambi berbatasan dengan kesultanan Indragiri dan sejumlah kerajaan di Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota.

23

Selain itu batas-batas wilayah kesultanan Jambi terdapat juga dalam Tambo Pada sebelah Timur Jambi dibatasi oleh laut yang membentang dari muara Sungai Tungkal berjarak 100 kilometer di sebelah Timur sampai Tanjung Jabung.Sekitar 60 kilometer ke Selatan sampai sungai Pulau Benung.

24

“Mulai Dari Sialang Belantak Besi, menuju durian takuk rajo, mendaki ke Pematang Lirik dan Besibak, terus ke sekeliling air Bangis, Mendepat ke Sungai Tujuh Selarik, terus ke Sepisak Piasau Hilang, Mendaki Ke Bukit Alunan Babi, meniti Pematang Panjang, Laju Ke Bukit Cindaku, mendepat ke Parit Sembilan, turun ke renah atau pepatah adat Jambi yang menyebutkan batas-batas wilayah kesultanan Jambi, yakni: Dengan menggunakan “Tambo”, wilayah Jambi kemudian dituliskan

22 Yurisa Andika, Pengaruh Terbentuknya Karesidenan Jambi Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi

1906-1942(Skripsi), Yogyakarta: Program studi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, 2014. hal. 28.

23Memorie van Overgave,van den Resident Th. A.L. Heyting, 30 September 1910- 26 September 1913, hlm, 2.

24

Tambo berasal dari bahasa sanskerta, tambay yang artinya bermula.Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo merupakan suatu warisan turun-temurun yang disampaikan secara lisan. Tambo atau mata rambo dapat juga bermaksud sejarah, hikayat atau riwayat

Sungai keteh Menuju Ke Sungai Enggang, terjun ke laut nan sedidis, mendepat ke Pulau Berhalo, Menempuh Sekatak Air Hitam, menuju Ke Bukit Si Guntang-guntang, Mendaki Ke Bukit Tuan, Menempuh Ke Sungai Banyu lincir, Laju Ke Ulu Singkut Bukit Tigo, Mudk ke serintik Hujan, -Paneh, Meniti Ke Bukit Barisan, Turun ke renah Sungai Bantal, Menuju Ke sungai Air dikit, Mendepat ke Hulu Sungai ketun, Mendaki ke bukit Malin Dewo, menuju ke Sungai Ipuh, Mendaki ke Bukit Sitinjau laut, menuju ke Gunung Merapi, mendepat ke Hulu Danau Bentu, menempuh ke Bukit Kaco, meniti pematang lesung tereh, menuju ke Batu angit Batu Kangkung, terus ke teratak Tanjung Pisang, mudik kelipai nan besibak, terus ke siangkak nan bedengkang, ilir ke durian takuk rajo, melayang ke tanjung semalido, disitu tanah beringin duo

batang.25

Wilayah Jambi berada pada cekungan sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan sungai terpanjang di Sumatra, yang memiliki mata air di Bukit Barisan dan berkelok-kelok sepanjang 800 kilometer.Sungai Batang Hari menjadi tulang punggung bagi masyarakat yang tinggal pada kawasan pinggiran sungai.Anak sungai Batang Hari antara lain Sungai Tembesi, Sungai Merangin, Sungai Asai, Sungai Tabir, Sungai Bungo, Sungai Tebo dan Sungai Jujuhan.Tidak

25Musri Nauli, Marga di Jambi, diakses dari http://www

kalah penting fungsinya dari anak sungai yang telah disebutkan, terdapat cekungan tangkapan air sendiri di Tungkal yang berbatasan dengan Indragiri.26

Sungai sungai tersebut merupakan urat nadi yang menghubungkan antar wilayah dan dusun- dusun. Letak ibu kota Kesultanan yang bernama Jambi tidak jauh dari tepi sungai dan kawasan ini berada 90 kilometer dari muara sungai Batang Hari. Posisi Jambi yang terletak tidak jauh dari garis Khatulistiwa, menciptakan pemisah yang cukup jelas antara musim Timur dan musim Barat27

Namun keadaan pada bulan Oktober hingga April terjadi musim hujan yang menyebabkan aliran sungai Batang Hari meluap menggenangi tepian hingga beberapa kilometer.Bahkan ketika kapal- kapal bisa melayari sungai, mereka harus melayari sungai dengan pelan.Hingga tahun 1920-an, sebuah kapal uap kincir membutuhkan waktu empat puluh delapan jam untuk menempuh jarak sekitar seratus kilometer antara Jambi dan Muara Tembesi.Ketika akhirnya sebuah jalan raya dibangun pada 1931, perjalanan membutuhkan waktu dua setengah jam.

Hal itu terlihat pada bulan April hingga Oktober terjadi musim kemarau, yang menyebabkan debit air sungai berkurang.Sehingga pada bulan tersebut beberapa jalur air tidak dapat dilayari, dalam kurun waktu tersebut debit air yang rendah juga memutuskan jalur antara Jambi Hulu dan Hilir.

28

26 Elsbeth Locher-Scholten, op.cit.hal. 41

27

G. J. Velds, De Onderwerpring van Djambi in 1901 – 1907, (Batavia: Departement van Oorlog), hlm. 3.

2.2. Penduduk.

Pada umumnya wilayah Jambi pada tahun 1800 merupakan wilayah yang masih jarang penduduknya.Pada tahun 1852 penduduknya diperkirakan berjumlah 60.000 jiwa.Sensus yang dilakukan pada tahun 1930 menggolongkan Jambi sebagai salah satu wilayah yang paling jarang penduduknya di Sumatra.29 Masyarakat kesultanan Jambi merupakan masyarakat heterogen, secara etnis penduduk asli kesultanan Jambi terdiri dari beberapa kelompok masing- masing dikenal dengan sebutan Orang Melayu Jambi, Suku Kubu, Orang Batin, Orang Penghulu.30

Adapun susunan tata pemerintahan kesultanan Jambi dalam ketentuan adat; Alam nan Berajo, Pemerintahan Bermentri, Rantau Nan Bajenang, Marga nan Bebatin, Kampung nan Bertuo, Dusun nan Berpenghulu, Rumah nan Bertengganai. Artinya : Kerajaan dipimpin oleh Raja, Rantau dipimpin oleh Jenang, Margadipimpin Pemerintahan di pusat kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu oleh pangeran ratu.Kedudukan pangeran ratu dapat membantu sultan dengan mengepalai Rapat Dua Belas yang merupakan badan pemerintahan kesultanan.Rapat Dua Belas terdiri dari dua bagian yang terdiri dari, Kerapatan Patih Dalam dan Kerapatan Patih Luar. Masing-masing dikepalai oleh satuorang ketua dan lima orang anggota yang berasal dari keluarga bangsawan.

29

J. Tideman dan P.L.F. Sigar.op,cit. hlm.45.

oleh Batin, Luhak dipimpin oleh Penghulu, Kampung dipimpin oleh tuo-tuo, dan Rumah dipimpin oleh Tengganai31

Tabel 2.1

Struktur Pemerintahan Kesultanan Jambi

Sumber : Lembaga Adat Provinsi Jambi, Buku Pedoman Adat Jambi, (Jambi: Lembaga Adat Provinsi

Jambi dan Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi, 1993), hal.10.

31

Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi( Jakarta: depdikbud ,1979), hlm.23. SULTAN Kerapatan Pepati Luar Kerapatan Pepati Dalam Jenang Batin Kampung Luhak Rumah Rakyat

Orang Melayu Jambi merupakan kelompok masyarakat yang berada dan tersebar di pinggiran sungai Batang Hari.Hal ini dapat terlihat dari pemukiman Orang Melayu Jambi yang berada di sekitar pusat kesultanan Jambi yang letaknya tidak jauh dari sungai Batang Hari. Golongan yang termasuk dalam Orang Melayu Jambi adalah Keluarga Sultan, kelompok Bangsa XII yang memiliki kedekatan khusus dengan Sultan.

Masyarakat suku Kubu yang juga sering dikenal juga sebagai suku Anak dalam, merupakan kelompok yang nomaden yang berada pada pemukiman yang sukar dicapai di pedalaman Jambi.Suku Kubu ini berada di kawasan Bukit Duabelas, di daerah Tabir, dan Bukit Barisan.32Suku Kubu dipimpin oleh Temenggung dan seorang Depati, hubungan antara suku Kubu dengan Kesultanan Jambi hanya sebatas pemberian upeti kepada jenang kesultanan.Mereka menyerahkan upeti perdagangan dari hasil hutan.33

Orang Batin merupakan imigran-imigran yang lebih dahulu masuk ke Jambi.Para imigran ini bermukim di tepi Batang Tembesi dan Batang Asai dan berbaur dengan penduduk asli.Orang Batin mendiami daerah Sarolangun Bangko, Muara Bungo, dan Muara Tebo.34

32

J. Tideman dan P.L.F. Sigar.op,cit. hlm.71.

33

Ibid. , hlm.61.

34 Yurisa Andika.op,cit. hlm.36.

Dusun –dusun Orang Batin merupakan dusun yang otonom, mereka memilih pemimpinnya sendiri, dan sultan tidak dapat mengintervensi daerah mereka.

Secara hukum mereka hanya bertanggung jawab pada dewan XII dan tidak kepada sultan.Mereka bertugas sebagai penjaga garis batas daerah dan wajib membayar pajak dan di anggap sebagai orang dalam kesultanan.Pembayaran pajak ini sebagai pengakuan terhadap kekuasaan sultan melalui jenang.

Orang penghulu merupakan imigran yang berasal dari Minangkabau, dan oleh sebab itu mereka masih memiliki hubungan dengan Orang Batin.Orang penghulu bermigrasi ke Jambi untuk mencari emas.35

Meskipun Orang Penghulu bergabung dengan Orang Batin, urusan intern dari Orang penghulu tidak mendapat campur tangan dari Orang Batin. Urusan intern Orang Penghulu tetap ditangani oleh kepala-kepala Orang Penghulu sendiri. Sedangkan dalam hukum kemasyarakatan orang penghulu mengikuti hukum yang berlaku di warga Orang Batin.

Selain itu Orang penghulu yang bermukim di Limun dan Batang Asai bertugas sebagai penjaga batas dengan Bengkulu dan Palembang.Sedangkan Orang penghulu yang bermukim di kawasan Ulu Tebo dan Bungo sebagai penjaga batas dengan Sumatra Barat.

36

35

Ibid.

36Ibid.,hal.38

Selain penduduk lokal yang telah lama berada di Jambi, banyak juga pendatang yang datang dan menetap sebagai penyadap karet di Marga Sabak.Pendatang-pendatang tersebut berasal dari berbagai tempat dan suku seperti, Palembang, Banjar, Bugis, Jawa, dan Singkep.

Dokumen terkait